Sabtu, 31 Oktober 2015

My perfect children

Senin lalu, setiba dirumah, gw mendapati allyssa lagi nonton tv dengan murung.

"Ma, mama jangan marah ya. aku dibatalin ikut lomba menggambarnya" kata allyssa

Gw kaget.
Seminggu sebelumnya gw diberitahu oleh gurunya kalo allyssa dan audra bersama dengan satu orang lagi teman mereka diikutkan lomba menggambar dan mewarnai mewakili sekolah mereka dalam rangka gebyar muharam yang diadakan suatu sekolah. Selama seminggu terakhir, tiap siang sepulang sekolah, mereka dapat pelajaran menggambar dan mewarnai tambahan selama 1 jam.

"Lho?! Kenapa bisa gitu? Memang gurunya bilang gimana?"

"Iya, ustazah bilang, aku sama de' audra udah kebanyakan les diluar sekolah. Jadi kasihan kalo ikut tambahan les lagi. Jadi aku sama dede' di batalin ikut lombanya. Ustazah bilang kalo aku mau ikut lomba boleh aja, tapi ikut sendiri, ga mewakili sekolah" jelas allyssa murung.

Gw langsung donk menuntut penjelasan ke eyangnya. Ternyata eyangnya juga ga diberitahu apa2 oleh gurunya. Tapi sepertinya keputusan tersebut diambil oleh guru2nya berdasarkan hasil lomba menggambar yang diadakan di internal sekolahnya dua hari yang lalu. Anak2 gw ga ada satupun yang berhasil menyabet piala menggambar. Kemampuan menggambar dan mewarnai mereka masih kalah sama teman2nya yang lain. Tentu saja guru2nya berubah pikiran dan memutuskan mengirim para juara 1 sd 3 buat mewakili sekolah.

Keputusan yang sangat logis. Tapi, kenapa juga ga dari awal mereka nunggu hasil lomba menggambar dan mewarnai baru mengumumkan siapa2 aja yang mewakili sekolah. Kenapa mesti melibatkan anak2 gw, memberi mereka harapan, menambah jam pelajaran dan trus mendadak dibatalin begitu saja lewat si anak dengan alasan yang keliatan banget dicari2.

Gw terus terang kecewa dengan sikap guru2nya. Menurut gw kok ga bijaksana sekali.

Dan yaaah, anak2 gw juga kecewa. Gw tanya ke allyssa dan audra mereka masih mau ikut atau enggak? Mereka berdua bilang masih tetap mau ikut lomba, maka gw daftarin mereka buat lomba.

Maka, dengan sisa waktu 4 hari sebelum lomba, gw yang ga punya bakat menggambar atau mewarnai (apalagi melukis) ini, bertekad untuk maksimal melatih anak2 gw menggambar dan mewarnai.

Never underestimate the power of emak2 yang sakit hati!

Dimulai dengan mengutus eyang nini buat mendaftarkan anak2 ke panitia lomba gambar. Dari sana kita jadi tahu tema lomba adalah"religi", yang maknanya bisa luas sekali. Trus kita diberitahu kriteria penilaian adalah ide, komposisi warna, komposisi bentuk dan kreatifitas.

Beres dari sana gw mulai berburu crayon buat di pake. Saran dari keponakan gw yang udah biasa ikut lomba mewarnai dan menang, "Pakai merk faber castle aja tante, warnanya bagus buat dicampur, dan ga keras". Oke ceci, tante ikut sarannya. Syukurlah, gw berhasil ketemu satu2nya faber castle 60 warna yang masih tersisa di toko buku di kota gw. Paling enggak bisa di pake allyssa. Gw nyari satu lagi buat audra. Dan seluruh toko buku besar dan atk di kota gw udah gw kelilingin, ternyata ga ada yg jual. Yasut de', terpaksa pake crayon Dong-A aja ya, warnanya juga lengkap kok.

Sisa waktu sepanjang perjalanan ke tempat kerja gw pake buat browsing dan belajar tentang gimana cara bikin warna gradasi, melototin gambar2 pemenang lomba gambar di internet, dan belajar tutorial menggambar di youtube. Dirumah, gw membongkar buku2 cerita anak2 dan mencari ilustrasi gambar yang menarik, buat bahan inspirasi mewarnai.

Pada saat lagi nyetir sendiri, pikiran gw sibuk menggali ide buat menterjemahkan tema religi diatas kertas. Yang terpikir disemua orang jika mendengar tema religi, pasti menggambar mesjid, atau aktivitas keagamaan seperti sholat, membaca quran. Awalnya, dalam usaha supaya bisa mendapatkan poin lebih di penilaian ide dan kreatifitas, gw  mencoba melawan arus. Menolak membuat sketsa gambar yang terlalu mainstream seperti lambang2 religi diatas.

Gw berdiskusi dengan allyssa, gimana kalo sketsa gambarnya nanti seorang anak berkerudung yang lagi menyelam di dasar laut sambil mengagumi ciptaan Tuhan. Allyssa setuju, karena dia bakal bisa menggambar mutiara yang cantik, yang udah direncanainnya bakal diwarnai pake crayon pink. Tapi eyang2nya pada geleng2 kepala. "Kurang keliatan makna religi nya" komentar mereka.

Gw banting setir dan berusaha mengambil cerita2 nabi buat dijadiin sketsa. Gw ngusulin ke allyssa buat ngegambar nabi Musa AS yang lagi membelah laut merah dengan tongkatnya. Setelah di coba digambar, ternyata kita kesulitan ngewarnai lautnya. Opsi sketsa cerita nabi Musa pun batal.

Akhirnya gw nyerah dan mengikuti pakem standar. Bareng allyssa  gw ngerancang sketsa anak dan ibu lagi membaca al quran dengan latar belakang mesjid di malam hari yang bertabur bintang. Buat audra, kita bikin sketsa standar, dua orang anak berkerudung sedang pergi mengaji ke mesjid.

Karena waktu gw cuma sedikit, gw berusaha keras supaya dalam kurun waktu 4 hari tersebut gw bisa pulang ke rumah dengan cepat. Gw menunda sejumlah operasi dan memperpendek waktu praktek, supaya gw bisa turun tangan langsung dan melatih mereka menggambar dan mencampur warna.

Sesi belajar gw dengan anak2 ga bisa dibilang lancar. Diwarnai perselisihan, wajah  cemberut dan airmata.  Sebagai guru, gw adalah guru yang sangat berdedikasi dan tegas alias galak di mata anak2 gw. Gw ga segan2 memarahi mereka kalo ga serius mewarnai. Gw menetapkan standar yang tinggi ke mereka.

Allyssa dan audra mulai misuh2 kalo gw udah memanggil mereka buat mewarnai. Sehari sebelum lomba, Audra bahkan berkata begini ke gw, "Ma, kalo lombanya udah selesai, kita jangan ngewarnain lagi ya".

Gw rada tercekat ngedenger komentar audra. Apa gw sedemikian galaknya sampe mereka jadi ga menikmati latihan dan membenci kegiatan menggambar dan mewarnai ya? Sorry dear kids, tapi kalo kita udah memutuskan buat ikut lomba, kita harus berusaha semaksimal yang kita bisa donk.

Hari perlombaan tiba. Gw harus kerja sehingga ga bisa nganter mereka. Gw baru tiba di tempat lomba setelah separo waktu lomba berjalan.

Dan, pemandangan di tempat lomba lukis anak2 bikin hati gw mencelos. Ada anak yang mengeluarkan kuas besar buat menyapu permukaan gambarnya. Hampir tiap anak membawa dua alat lukis yang berbeda. Satu crayon, satu lagi semacam pensil warna. Malah ada yang bawa 2 set crayon dan  2 set pensil warna. Belum lagi alat kerik berbagai motif dan pilox aneka warna. Sementara anak2 gw cuma dibekali satu macam crayon dan pilox snowman putih buat bikin  bintang2.

Gw duduk dipinggir supaya bisa ngeliat anak2. Daaan, jelas sekali terlihat, betapa tidak konsentrasinya anak2 gw. Allyssa dan audra berulang kali melihat ke sekitar, bengong dan lupa buat mewarnai. Beberapa kali mereka berdua memandang gw dengan pandangan memelas dan bibir mereka mengeluarkan kata cape'. Sementara, para peserta lain  di sekitar mereka dengan tekun dan asyiknya melanjutkan pekerjaan mereka dengan penuh konsentrasi.

Siapapun bisa menilai, anak2 gw sama sekali tidak menikmati aktivitas menggambar dan mewarnai ini.

Gw melihat ke arah 3 orang teman2 allyssa yang dikirim mewakili sekolah. Semuanya mewarnai dengan tekun, hasil gambar mereka rapi dan bagus. Guru2 sekolah allyssa dan audra mendekati ketiga anak tersebut dan memotret gambar mereka satu per satu.  Gambar anak2 gw ga di foto sama sekali. Gw seolah dipaksa menelan pil pahit. Mereka memang jauh lebih unggul dibanding anak2 gw dalam bidang mewarnai. Mereka memang pantas dikirim mewakili sekolah.

Gw memandang ke anak2 gw. Trofi juara jelas ga bakal diraih oleh satupun dari mereka. Gw cuma berharap, audra ga bakal ngambek di tengah jalan karena kecapen dan bisa mewarnai gambarnya sampai selesai. Ga rapi juga gpp, yang penting bisa diwarnai semua. Allyssa cuma gw harapkan bisa mewarnai serapi yang dia bisa.

Kelar lomba, gw ga bisa menahan kekecewaan gw. Buat audra, yaaah gw memang ga berharap apa2. Tapi di allyssa, gw meletakkan banyak harapan. Pembuktian ke guru2nya  bahwa dia bisa menggambar dan mewarnai. Dengan sedih gw mengungkapkan kekecewaan gw ke allyssa. Kalo mau, sebenernya dia bisa merapikan gambarnya jadi lebih baik. Allyssa yang sepertinya ngerti kalo gw kecewa berat, ikut nangis.

Malam harinya gw merenung. Dari awal gw sudah sangat tahu, anak2 gw suka menggambar, tapi mereka sama sekali ga suka mewarnai. Pada waktu awal diberitahu mereka bakal diikutkan lomba menggambar dan mewarnai pun gw sudah rada heran. Karena gw tahu betapa sukanya mereka menggambar dan betapa tidak suka nya mereka dengan aktifitas mewarnai. Kenapa gw mesti ngotot anak2 gw harus bisa mewarnai. Kenapa gw ga bisa membuka mata dan melihat bahwa ada anak2 lain yang memang menyukai aktifitas mewarnai dan bisa mewarnai lebih baik dari mereka.

Kenapa gw ga berkonsentrasi dengan kelebihan2 mereka yang lain?

Allyssa dan audra bisa menggambar dan membuat komik singkat lewat gambar2 yang mereka buat tanpa beban. Allyssa dan audra bisa membuat karangan yang bagus tentang pengalaman sehari2  mereka di buku harian. Allyssa bisa membaca not balok dan memainkan lagu my bonnie menggunakan kesepuluh jarinya diatas piano. Sementara Audra memainkan lagu bingo dengan lancar sesuai ketukan irama. Allyssa bisa membaca surat al bayyinah dengan fasih saat menjadi imam sholat maghrib bagi adiknya. Dan audra berhasil menghafal surat al maun dalam satu malam dengan caranya sendiri.

Allyssa dan audra yang selalu mencium tangan gw sebelum pergi sekolah. Allyssa dan audra yang selalu mengantar gw pergi kerja di sore hari sambil berpesan supaya gw cepat pulang.  Apalagi yang gw harapkan? They're perfect in their own way.

Minggu lalu allyssa pulang dengan membawa piala juara kedua lomba puisi di sekolahnya. Audra pun ga mau kalah, pulang dengan membawa dua piala, juara dua lomba hafalan quran dan juara kedua lomba puisi. Gw cuma memuji mereka seadanya, dan mulai berkonsentasi untuk persiapan menaklukkan lomba mewarnai.  Aktifitas yang (dari dulu juga gw tahu) tidak terlalu disukai anak2 gw.

Alangkah egoisnya gw.

Betapa tidak pandai bersyukurnya gw.

Kedua putri gw sudah memberikan yang terbaik yang mereka bisa. Sementara gw cuma menjadi ibu yang terus menerus menuntut mereka jadi yang terbaik di segala bidang. Lebih parah lagi, dalam kondisi sekarang, gw habis2an mempersiapkan mereka buat ikut lomba menggambar dan mewarnai karena dorongan sakit hati ke guru2 mereka.

Alasan ikut lomba yang bener2 menyedihkan.

Kedua putri gw pasti ngerasa tertekan selama seminggu terakhir ini.
Maafin mama ya nak.

Tiba2, saat gw lg menyesali diri sambil memandangi anak2 gw yang tidur siang. Hp gw berbunyi. Masuk sms dari salah satu guru allyssa.

"Alhamdulillah, selamat buat allyssa, juara 2 lomba menggambar dan mewarnai. Terimakasih sudah mewakili sekolah. Terima kasih bunda sudah banyak mendukung. Selamat ya."

Dan gw langsung nangis.

Bukan, bukan karena gw senang anak gw dapet piala. Bukan juga karena rasa puas sudah berhasil mengalahkan anak2 satu sekolah dan berhasil membuktikan ke guru2nya bahwa anak gw ga bisa dipandang sebelah mata. Melihat teman2 satu sekolah allyssa yang dikirim, gw sangat maklum kenapa keikutsertaan anak2 gw dibatalkan. Sebagai guru, gw mungkin akan melakukan tindakan yang sama. Cuma cara membatalkannya aja yg gw kurang berkenan.

Gw nangis karena rasa bersalah gw ke anak2 gw semakin berlipat ganda. Mereka sudah berusaha semampu yang mereka bisa.  Para juri pun mampu melihat usaha putri kecil gw dan mengganjarnya dengan piala kemenangan. Tapi gw selaku ibunya, orang yang paling dekat dengan mereka, terus menerus tidak puas dan menuntut. Gw bahkan memperlihatkan kekecewaan gw dengan jelas seusai lomba kemarin ke allyssa.

Jadi, sewaktu allyssa bangun, gw tunjukin sms dari gurunya. Dan gw memeluknya sambil menangis, meminta maaf atas keegoisan gw yang terus menerus  terulang.

Allyssa  cuma tersenyum ringan, "Ga apa2 kok ma. Aku tahu mama cuma pengen gambarku lebih rapi lagi kan, supaya hasilnya bagus".

Ga kok chayank, mama ga pengen apa2 lagi sekarang. Both of you are perfect.

Thank you dear God, for trusting me with these amazing girls.

Jumat, 04 September 2015

Audra, 6 Tahun

Audra kemaren ulang tahun.
Dan gw baru memposting tulisan ultahnya sekarang. Maap ya de, mama sibuk banget kemaren2.

Tadinya, gw berencana bikin pesta ultah buat Audra. Soalnya dia kan ga pernah dirayain ultahnya. Audra dan Allyssa excited pas gw kasih tau tencana gw. Tapi setelah diskusi sama eyangnya dan berpikir ulang, gw membatalkan rencana ngerayain ultah audra secara besar2an. Alasannya? Cukup gw yg tahu dah :(

Kado buat Audra udah jauh2 hari gw beli. Bisa di tebak, gw yang ga kreatif dalam mencari kado ini ujung2nya kembali beli barbie buat kado Audra. Hehehe... Yaah sebenernya karena udah janji juga sih.  Gw beli dua biji, pas lagi seminar di Bandung sebulan yang lalu. Kebetulan juga lagi ada diskon.

Tadinya tuh kado yang belum dibungkus, gw sembunyiin di lemari pakaian eyangnya. Naaah...pada suatu malam, ketika Allyssa sedang mencari gunting kuku di lemari, ga sengaja dia ngeliat dua boneka barbie tersebut. Bisa di duga, dia langsung ngelapor ke adiknya.

Malamnya, pas menjelang tidur, sambil cekikikan girang, Audra bilang gini ke gw: "Aku tau kado ulang tahunku yang dari mama apa. Boneka barbie kan ma, yang pake baju ikan duyung sama yang balerina".

Oh no......! Tahun ini kado kejutan gagal :p

Di hari ulang tahunnya, Audra  bangun lebih pagi, supaya punya waktu buat ngebongkar kado2nya sebelum pergi sekolah. Kita sempet potong tumpeng made by eyang nini dan tiup lilin dari atas nampan kue2 traditional. Hihihi.....tiup lilinnya rada maksa nih. Beres ngebongkar kado tanpa sempet dimainin, Audra harus siap2 buat sekolah.

Dan ini update perkembangan putri bungsu gw yang keinget.

Udah masuk sekolah dasar kelas satu. Sekolahnya sama dengan kakaknya. Awalnya gw rada khawatir Audra bakal kesulitan adaptasi dengan proses belajar di SD mengingat usianya yang relatif masih kecil dan mengingat pengalaman Allyssa yang sempet mogok sekolah tahun lalu. Ternyata eh ternyata, masa adaptasi dia di SD ga bermasalah sama sekali. Belum pernah gw ngedenger dia berkeluh kesah tentang panjangnya jam sekolah. Dia bahkan udah punya beberapa temen deket yang selalu main bareng pas istirahat. Tiap pagi Audra selalu berangkat dengan riang gembira. Syukurlah, gw jadi ga nyesel masukin dia ke SD sebelum waktunya.

Belum bisa bilang huruf "R" secara baik dan benar. Sering dilatih sih, tapi sekarang dia udah rada ogah2an kalo ada yang ngajarin cara ngomong huruf R. Ga apa2 deh, ntar kalo udah saatnya insya Allah bisa ya de'.

Sama tv relatif netral. Suka nonton tapi ga semaniak Allyssa. In the middle of acara tv, kalo disela buat ngerjain sesuatu, dia ga keberatan ninggalin acara yang lagi ditontonnya. Serial tv yang lagi dia suka adalah "Sheriff Kelly" yang tokoh utamanya kucing betina yang jadi sheriff dan tentu saja, "Sofia the first" donk.

Miaw, si boneka kucing kecil yang udah rada bulukan itu,  masih menempati peringkat pertama sebagai kesayangan Audra dari segala macam boneka dan mainan yang dia punya. Kalo si miaw ini nyelip ga keliatan, Audra bisa kelimpungan sampe nangis. Gw rada bingung dengan kedekatannya sama miaw ini. Apa dibiarin aja, atau sekarang udah saatnya memutuskan keterikatan batin Audra sama miaw, atau gw harus menunggu sampe dia agak lebih besar ya.

Ngaji masih iqro' 3. Tapi Audra lumayan rajin sholat.  Beberapa kali dia bangunin gw jam 3 pagi, nanyain ini udah waktunya sholat subuh atau belum. Selama bulan puasa kemaren dia dan kakaknya nyaris tiap hari ikut taraweh di mesjid. Dan bener2 sholat, bukan ikut lari2an kaya' beberapa anak disekitanya. Memang sih sholatnya belum sempurna, kadang2 malah suka lupa apa yang harus dibaca. Tapi semangatnya bener2 deh. Kadang eyangnya yang lagi sibuk di dapur ditarikin sama dia buat nemenin dia sholat.

Udah lancar baca tulis. Bahkan serial WHY juga dilalap sama dia. Bahasa Inggris juga alhamdulillah lumayan pesat buat seumuran dia. Udah bisa merangkai kalimat sederhana dalam Bahasa Inggris kalo gw lagi iseng ngajakin ngobrol. 

Lagi seneng sama lagu2nya Les Miserables. Hehehe...ini gara2 pengaruh gw juga sih, yang lagi ngefans berat sama lagu2 dari movienya yang versi 2012. Gw pikir anak2 ga merhatiin, tapi beberapa hari setelah gw rajin mainin "Do you hear the people sing" di piano, Audra mulai ikut menyanyikan lagu tersebut. Dan ternyata berlanjut ke lagu2 Les Miserables lainnya. Bahkan kalo di mobil, kita bertiga terbiasa nyanyi "One Day More" secara ganti2an. Gw jadi Marius, Enjolras dan Javert, Allyssa jadi Cossette dan Thenadiers, Audra jadi Valjean dan Eponine. Hihihi..... Seinget gw, pas masih kecil dulu yang gw dengerin kaset2 sandiwara anak versi sanggar cerita, setingkat   Cinderella, Pinokio dan Arie Hanggara. Sekarang, anak2 gw udah berkenalan dengan sandiwara musikal sekelas broadway :p

Udah lumayan mandiri dalam kegiatan mengurus diri sendiri. Mulai dari mandi, makan, berpakaian dan urusan kamar kecil udah bisa dilakukan sendiri. Cumaaaa.....kalo lagi kumat ya gitu deh, "Pokoknya, mau sama mama!"

Makannya buanyaaak. Udah gitu, gampang ngiler kalo ngeliat orang lain makan. Cita2nya dalam bidang kuliner adalah "Kalo aku udah besar, aku pengen bisa makan cabe kayak mama", hwahahahaha....  Makanan sih relatif ga pilih2. Seperti anak2 pada umumnya, Audra ga suka sayur.  Tapi kalo lagi kepengen, ketimun atau karedok bisa dilahap  habis sama dia. Kalo buah, suka yang rada asam. Stroberi yang asem kayak gimanapun juga pasti abis dimakan Audra. Mangga juga pasti nyari yang ada asam nya.

Up to now, cita2 dede' Audra cuma satu: pengen jadi penyanyi. Gw ga ngerti dia dapet pikiran dari mana sampe bisa punya cita2 jadi singer gitu. Emang suara Audra kalo lagi nyanyi bagus? Selaku ibunya, jawaban gw adalah : tentu donk, suara Audra ditelinga gw paling merdu sedunia. Tapi selaku wanita profesional yang rasional, jawaban gw adalah: hehehe.... suara Audra standar aja kok, seperti anak2 lain kalo lagi nyanyi. Cita2nya jadi penyanyi ini pada waktu awal2 les piano sempet bikin masalah. Audra protes, "Aku kan pengen jadi penyanyi, bukan pemain piano, kenapa aku harus les piano?". Bentuk komprominya, les piano Audra diselingi dengan dia nyanyi beberapa lagu diiringi guru pianonya.

Sering berantem sama kak Allyssa donk. Sehari bisa berantem lebih dari sekali. Penyebab berantemnya juga kadang2 ga penting banget, misalnya cuma gara2 tangannya kesenggol kakaknya. Tapi kalo kakaknya lagi di marahin, Audra bakal jadi pembela pertama buat kakaknya. "Mama ga boleh marah sama kak Allyssa, kak Allyssa itu kan ga sengaja ma!".  Yaps, walaupun kadang kala kayak kucing ketemu doggie, mereka berdua bersahabat erat kok.

Kalo menjelang tidur pasti  salah satu tangan kecilnya ngeraba baju gw, trus d pegang2. Istilahnya Audra, "Aku mau kulik2 baju mama". Sampe sekarang sih kalo tidur malam mesti di temenin. Masih ga mau bobo' sendiri.

Dan tentu saja, ada saat2 dimana tangan mungilnya bakal merangkul gw saat menjelang tidur, seraya berkata "Aku sayang mama".

Gw akan balas memeluknya, "Mama juga sayang Audra".

And my precious one would reply " Aku lebih sayang lagi, lebih tinggi dari matahari".

Ah, Audra dear, if only you knew how much I love you. Mama love you more than words could describe.

Happy Birthday  dearest Audra.

Selasa, 01 September 2015

Foto Keluarga

Malam hari. Beberapa saat sebelum pulang kerja, gw ngecek  hp gw dan mendapati sebuah sms dari wali kelas Audra.

Inti dari isi smsnya: PR IPS, besok kumpulkan foto keluarga besar di masa lalu dan tuliskan siapa saja di dalam foto tersebut.

Tugas yang mudah bukan?

Yaps, very easy kalo :
1. Keluarga elu ga terpecah belah
2. Hobi narsis via kamera
3. Printer or komputer di rumah ga bermasalah.

Dan bisa di tebak, sebagai orang tua murid yang ga memenuhi satupun dari 3 kriteria d atas, gw jadi blingsatan. Foto keluarga? Kalo yang dimaksud adalah foto resmi yang terdiri dari ibu, bapak dan dua anak,  mana gw punya lah.

Di tambah lagi jam sudah menunjukkan pukul 8 malam, sementara anak2 gw mesti tidur d jam 9. Artinya gw cuma punya waktu 1 jam buat memutar otak guna membantu Audra memenuhi tugas sederhana yang (entah kenapa) sangat menjengkelkan gw.

"Kita cari foto d komputer aja ma, nanti kita print" usul cerdas kedua putri gw.

Berhubung laptop gw lagi ga beres, usul tersebut gw abaikan. Dan lagi seinget gw, dari sekian banyak koleksi foto yang gw punya di laptop, nyaris ga ada yang bisa di kategorikan "foto keluarga". 

So, usaha gw  adalah mengobrak abrik foto2 yang udah pernah diprint (which is ga banyak), dan mencoba dirangkai2 supaya bisa masuk kategori "foto keluarga" sesuai yang diminta PR IPS nya Audra. Sepanjang ngebongkar foto, Allyssa dan Audra ikut disamping gw, memberikan berbagai saran dan pertimbangan atas foto2 yang dipilih.

Akhirnya ketemu juga beberapa foto yang memenuhi kriteria.

Yang punya PR sih Audra, tapi gw dan Allyssa ikut ambil bagian. Gw bagian  guntingin foto. Allyssa yang bagian mengatur letak. Mereka berdua kemudian menempel foto di kertas, Audra menulis siapa2 aja yang ada di foto.  Diakhiri dengan menghias dan mewarnai tugas tersebut bersama. Menjelang pukul 10 malam akhirnya PR  Audra selesai.

Dan beginilah Foto Keluarga versi PR IPS Audra. Tadaaaa...

Hihihi...rada maksa sebenernya. Biarin deh. 

Semoga besok dapet nilai bagus ya de'.....;)


Sabtu, 18 Juli 2015

Lebaran, dan Target Liburan

Seperti biasa, lebaran gw ga kemana2. Sementara, eyang tante lebaran di Solo sekeluarga dan adik gw baru bakal dateng pas lebaran ketiga. Sepi donk. Artinya gw cuma berleha2 di rumah aja, menaikkan berat badan sambil ngabisin stok makanan.

Tapi, Tuhan Maha Adil. Mungkin karena tau hamba-Nya yang satu ini bakal ngerasa garing dan boring banget kalo cuma di rumah. Jadi aja pas hari-H gw dipanggil keliling buat kerja. Karena judulnya lebaran, anak2 ikut gw ajak. So, hari lebaran mereka diisi dengan keliling bolak balik di dua rumah sakit, nemenin gw kerja. Biarin ah ngajak anak2 juga, namanya juga lebaran. Mohon dimaafkan aja deh kalo ga berkenan. Hihihi....silaturahmi nya malah sama pasien.

Pulang kerja gw kembali menuntaskan misi terbaru gw selama sebulan terakhir ini buat belajar piano.  Belajar piano? Hehehe....iya, udah ketuaan ya? Gw serius loh belajarnya. Malah sempet mempertimbangkan buat nyari guru segala. Tapi kayaknya sementara belajar otodidak dulu dah. Masih susah ngatur waktunya. Dan pencapaian terbesar gw sejak mulai main piano sebulan ini adalah berhasil memainkan Rondo alla Turca nya Mozart. Wuiiih....hebat kan? Hehehe.... ga juga sih. Soalnya yang gw mainin Rondo alla Turca yg versi anak2 dari Heft book 1, buku pianonya Allyssa, hihihi..... Biarin, yang penting Mozart favorit gw udah berhasil di mainkan.

Naaah, libur lebaran ini gw punya banyak waktu buat melenturkan jari jemari gw diatas tuts.  Jadi gw pasang target, selama libur lebaran tiap hari gw mesti belajar satu lagu baru. Alhasil selama libur gw menyibukkan diri hunting piano sheet di dunia maya dan melototin youtube, menyimak berbagai tutorial cara memainkan lagu yang gw incer secara baik dan benar.

Hari pertama gw abisin buat belajar mainin salah satu lagunya Frozen, "Do You Want To Build a Snowman?". Kok bukan belajar lagu Let It Go yang ngetop sejagad raya itu? Karena Let It Go lebih susah, hihihi....  Ya iya lah,  gw nyari  lagu yang mudah2 aja dulu donk, sesuai kapasitas gw sebagai pemula yang masih pas2an ilmu perpiano-annya.

Hari kedua,  rada naik tingkat kesulitannya. Gw ngabisin waktu buat belajar salah satu lagunya Les Miserables, "Do You Hear the People Sing?". Kenapa bukan lagu I Dreamed a Dream yang bikin Anne Hathaway dapet Oscar yang gw pelajari? Jawabannya sama dengan di atas. Gw nyari yang rada gampang dan yang lagunya gw suka. Lagunya si Anne itu terlalu "kelam" buat gw. Bikin gw jadi rada ga minat.

Jadi, selama dua hari ini, gw belajar lagu dari film2 musikal semua nih. Hari ketiga, biar kompak, gw mesti nyari salah satu lagu dari film musikal lagi. Kayaknya gw bakal ngubek2 The Sound of Music nyari lagu ketiga.  Tadinya pengen belajar Speak Softly Love nya Godfather. Tapi di partiturnya terpampang 3 tanda mol, yang bikin gw sadar diri dan mundur teratur.

Dan mengisi libur lebaran sambil belajar piano gini bikin gw jadi mikir, kenapa ga dari dulu coba ya gw belajar piano? Kalo dari dulu, pasti  sekarang gw udah lebih jago dah. Pasti gw udah lancar baca kunci F dan ga keder lagi menghadapi sejumlah tanda kres ataupun mol di partitur, hihihi....

Yaaah...gimanapun juga, better late than never dah.

Jumat, 19 Juni 2015

Si Pelupa

Gw iseng ngeliat blog gw. Dan tiba2 gw sadar, seluruh tulisan gw di tahun 2015 masih tersimpan dalam bentuk draft, kagak ada yang udah di posting!

Ampuuuun!

Udah jalan 6 bulan dan gw bisa ga sadar?!

Ga kok, gw ga mengalami dementia dini.

Gw inget !!!

Semuanya berawal dari gw gagal memasukkan foto pada salah satu tulisan gw. Dengan pikiran "ENTAR  gw beresin ini masalah foto", gw jadi terbiasa menyimpan seluruh tulisan gw dalam bentuk draft dan keterusan lupa buat mempostingnya.

Konyolnya lagi, sampe sekarang gw masih belum juga menemukan penyebab kenapa gw gagal memuat foto. Sejak ga sekolah lagi, penyakit gaptek gw tumbuh subur, udah bener2 kronis sekarang.

Yasutlah, nasi sudah jadi bubur. Tapiii, bubur pake ayam tetep enak kok, ga kalah dari nasi padang.

Jadi, dengan sedikit malu2 kucing, gw memutuskan buat tetap memposting tulisan2 gw selama setengah tahun terakhir, di waktu yang bersamaan, yakni sekarang, di awal Ramadhan tahun ini :p.

Semoga belum terlalu basi.

Dan mumpung Ramadhan, sekalian juga nih,

Selamat Menjalankan Ibadah Puasa
Mohon Maaf Lahir dan Batin

:)

Sabtu, 23 Mei 2015

Piwulang Sunda

Gw tergolong masyarakat pendatang di kota ini. Produk transmigrasi dari kota besar lain dengan kebudayaan yang relatif beda. Termasuk bahasa.

Sebelumnya,  gw pernah tinggal di 2 daerah,  tanpa pernah benar2 menguasai bahasa  daerah tempat gw pernah tinggal. Dirumah, gw menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar dalam berkomunikasi dengan ortu dan adik2 gw

Di Bengkulu, tiap daerah atau suku di sana punya bahasa masing2, yang antara satu suku dengan suku lainnya bahasanya bisa beda banget. Gw ga ada yang paham satupun bahasa daerah Bengkulu. Yang gw amati, logatnya agak menghentak2 mirip dengan orang padang dengan banyak huruf o di belakang kata. Disekolah, buat komunikasi dengan temen2,  ambo biso lah ngecek bengkulu cak tobo2 tu. Tapi ya cuma segitu2 aja.

Pindah ke Palembang, gw ga mengalami kendala bahasa. Orang2 di Palembang bicara pake bahasa melayu Palembang yang logatnya mendayu2. Tapi dak pulo saro nian lah, masih pacak ngerti.

Sebenernya bahasa daerah di Sumatera Selatan sendiri, sama seperti Bengkulu, ada banyaaaak. Dimana tiap suku beda bahasa.  Ayah gw dari baturaja, ibu gw dari komering. Kedua bahasa daerah suku tersebut beda jauh.  Kedua ortu gw ga ada yang bisa berbahasa daerah sukunya masing2. Mereka bisa kenalan dan akhirnya merit karena saling rayu pake bahasa Indonesia :). Ga heran anak2nya, diajarin  menggunakan bahasa Indonesia doank, bahasa pemersatu mereka berdua hihihi....

Nnnaah.... di tanah pasundan ini rada beda. Mau dari pelosok mana pun, bahasanya relatif sama. Cuma logat nya aja sedikit beda2. Dan, bahasa sunda ini benar2 eksis. Hampir sebagian besar orang yang gw temui bicara pake bahasa sunda.

Gw inget, pertama kali gw dateng ke kota ini, dan memeriksa pasien pertama gw.

Gw : "Ada keluhan apa bu?"
Pasien : "Ieu neng dokter,  soca abdi teh blablabla bliblibli....(nyerocos pake bahasa sunda)"

Gw bengong.
Trus ngelirik perawat gw, minta bantuan

Perawat : "Kunaon bu?"
Pasien : " Ieu neng suster, soca abdi teh blablabla bliblibli.....#basasunda"
Perawat : " Oh kitu. Teras eta soca na blablabla bliblibli...#basasunda"
Pasien: "Leres, leres neng. Blablabla bliblibli.....# basasunda"
Perawat : "Blablabla bliblibli.....#basasunda"
Pasien : " Lalalala lilililili....#basasunda"
Perawat : "Lililili lalalalala.....#basasunda"

Daaan....mereka ngobrol terus berdua, sementara gw cuma menatap dengan bego, ga nangkep sedikitpun.

Beberapa waktu kemudian, saat skrining:

Gw : " Bapak dengan siapa ke sini"
Pasien : " Ah abdi teh nyalira wae ka dieu na"
Gw: " Dengan siapa pak?"
Pasien "Nyalira wae lah"
Gw: " Bapak ke sini sendirian? Ada yang nganter ga?"
Pasien " Abdi mah nyalira ka dieuna"
Gw : " Pak, bapak dengan siapa kesininya? Saya mau jelasin tentang penyakit bapak ke keluarga bapak" (mulai ga sabar)
Pasien "Nyalira neng"
Gw : "Bapak sendirian?
Pasien : "Nyalira"

Dan tiba2 orang di belakang si bapak nyeletuk "nyalira bu dokter, sendirian."
"Waduh bu dokternya ga bisa sunda"

Astaga!
Nyalira teh artinya sendirian ya?
Maafkan pak......:)

Maka gw pun mulai menghafal satu kalimat ajaib untuk menjembatani "gap" bahasa antara gw dengan para pengguna bahasa sunda aktif. Begitu orang yg gw ajak bicara mulai nyerocos pake bahasa sunda, gw bakal tersenyum manis dan mengucapkan kalimat sakti gw :

"Punten bu, abdi teh teu tiasa nyarios sunda"

Hahaha....sementara, persoalan selesai.

Selanjutnya, gw pun kemudian mulai belajar bahasa sunda.

Langkah pertama gw adalah ke toko buku dan beli kamus Sunda-Indonesia nan tebal. Efektif? Enggak! Gw tambah bingung melototin kata2 di kamus tersebut. Ujung2nya tuh kamus tergeletak di bagian belakang rak buku gw tanpa pernah di buka lagi.

Langkah berikutnya, gw merepotkan orang2 sekitar gw buat belajar merangkai kalimat sederhana dalam bahasa sunda. Minimal buat modal komunikasi gw selama kerja.

Jangan disangka bahasa sunda itu mudah. Ada tingkatan dalam tiap kata. Ada yang kasar ada yang halus. Kalimat yang di pake buat mengatakan hal yang sama bisa berbeda, tergantung lawan bicara. Apakah lebih tua, sebaya, atau lebih kecil dari kita.  Saking pusingnya, gw memutuskan buat belajar bicara yang halus dan praktis aja.

Dan yaps, langkah ini efektif. Pelan2 gw mulai bisa berkomunikasi dengan orang2 menggunakan bahasa sunda. Walaupun tetep aja kadang2 ada yang berkomentar begini pas ngedenger gw ngomong sunda:

"Ibu sanes orang sunda nya'? Logat na benten"

Hehehe....logat sumatera gw ternyata tetap melekat erat.

So far, kalo cuma buat kerja, gw ga malu2in banget. Bisalah berkomunikasi pake bahasa sunda se alit2. Tapi kalo buat ngobrol....hmmm kayaknya gw masih banyak nge-hangnya. Ini beberapa kali dibuktikan ketika gw kumpul dengan ibu2 sesama pengantar anak di sekolah Allyssa atau Audra.

Pas lagi ngobrol, (yang awalnya pake bahasa Indonesia) ntar pasti ada aja ibu2 yang nimpalin pake bahasa sunda, trus dijawab lagi pake bahasa sunda sama yang lain, trus ujung2nya ibu2 itu ketawa. Gw ikut berpartisipasi tersenyum2 juga sih, biarpun ga ngerti apaan yang mereka omongin.

Naaah, sejak Allyssa masuk SD, ada mata pelajaran yang namanya "Piwulang Sunda", maksudnya kurang lebih ya bahasa sunda. Seperti gw, anak2 gw besar di keluarga yang menggunakan bahasa Indonesia. Buat tambahan, gw kirim mereka les bahasa inggris. Kapan belajar bahasa sundanya? Ya di sekolah. Paling enggak pas ngobrol sama temen2nya, pasti nyelip2 bahasa sunda sedikit. Mudah2an sih cukup :).

Tetttot...salah besar.

Pada ulangan Piwulang sunda pertamanya, Allyssa pulang dengan membawa nilai 35 buat bahasa sunda. Yaps, 35 dari skor tertinggi 100. Gw garuk2 kepala ngeliat nilainya. Ga marah sih, sadar diri kalo gw emang ga memfasilitasi dia  buat mengembangkan kemampuan berbahasa sundanya.  Cuma gw bingung, mesti gimana nih ya supaya paling enggak nilai anak gw masuk standar lulus.

Allyssa sepertinya menangkap kekhawatiran gw atas masalah bahasa sunda ini. Ulangan bahasa sunda berikutnya, dia pulang dengan membawa nilai 100. Wuihhhh....

"Wah, Allyssa bisa dapet 100?", tanya gw dengan bangga.
"Iya ma. Aku nyontek sama Eci. Eci pinter bahasa sundanya." jawab allyssa polos.

What?! Ini 100 hasil nyontek?! Hiyaaaaa........

Menit berikutnya gw sibuk menasehati dia. Gimanapun gw lebih bangga dengan nilai 35 nya yang hasil usaha sendiri dibanding nilai 100 hasil nyonteknya.

Solusi sementara, gw memanfaatkan ART gw yang orang sunda buat jadi penterjemah. Lumayan, ada perbaikan nilai bahasa sundanya. Masalahnya, ART gw kemudian berhenti, dan penggantinya berasal dari jawa, yang ga bisa berbahasa sunda. Hadeuuuh....

Dan sekarang, ujian akhir sudah di depan mata. Piwulang sunda termasuk salah satu yang di ujian kan. Seisi rumah termasuk gw, sama bingungnya dengan Allyssa ngeliat itu isi buku Piwulang sundanya.

Hayam bikang geus nyileungleum.
Basa megar anakna salapan.
Parabna huut jeung  beunyeur.
Sok newak beurit di para.

Apa itu artinya??!!

Gw sampe harus nge-bbm ke Ira  buat mencari tau artinya.

Dengan kemampuan gw berbahasa sunda yang teramat sangat minimalis ini, gw jelas bukan guru bahasa sunda yang baik buat Allyssa. Bisa dibayangkan kan, gimana transfer ilmu yang berlangsung antara gw dan Allyssa? Biasanya kita berdua sama2 membaca satu kalimat yang tertulis dibuku, terus saling tatap dan berujung nyengir,  sama2 ga ngerti. :p

Mungkin, nanti kedepannya gw harus nyari orang yang bisa ngomong sunda buat membantu gw dan anak2 mempelajari bahasa sunda ini lebih baik. Bagaimanapun juga gw penganut pribahasa, dimana bumi diinjak, disitu langit di junjung. Jadi, bahasa sunda merupakan salah satu life skill yang harus dikuasai selagi gw masih beredar di kota ini.

Sabtu, 16 Mei 2015

Allyssa, 7 tahun

Hari ini allyssa ulang tahun yang ke-7.

Pagi2, Eyang tante sama tante Frita udah dateng sambil bawa black forest. Allyssa yang masih tidur dibangunin.  Masih dengan kondisi pada pake baju tidur dan belum ada yang mandi, kita nyanyi Happy Birthday rame2, tiup lilin dan potong kue yang dibawain eyang tante.

Gue emang sengaja ga pesen kue. Soalnya eyang nini udah niat mau masak tumpeng dan pesen kue traditional. Pas potong kue, tumpengnya malah belum siap. Gw ikut andil loh dalam pembuatan tumpeng. Yaaah emang sih cuma sebatas ngebantu motongin telur dan kacang panjang doank. Hihihi....yang penting kan ikut terlibat.

Dilanjutkan dengan buka kado. Allyssa udah tau isi kadonya apaan, lha wong pas milih kadonya bareng2 sama Audra. Judulnya sih, Audra yang ngasih kado, gw bagian bayarin. Dan Audra pengen ngadoin kakaknya barbie yang rambutnya bisa berubah warna. Allyssa sempet nolak, karena dia pengen barbie balerina yang pake baju balet pink. Mereka berdua sempet ribut dan saling ngambek sebentar sebelum akhirnya Allyssa mengalah, sepakat dengan pilihan dede' nya. Dengan syarat, pas ntar Audra ulang tahun dia bakal pilih barbie balerina buat kado dede'nya. 

Dari gw kadonya satu set buku cerita, yang Allyssa juga udah tau. Secara, pas minggu lalu temennya ultah, gw ngasih beberapa biji buku yang sama ke temennya.

Iya, iya, gw emang ga kreatif nyari kado. Dari tahun ketahun selalu barbie atau buku.

Dari papanya Allyssa dapet kado utama berupa diary mungil pink yang ada gemboknya dan bergambar princess Sofia. Kado tambahannya lain lagi, ada banyak pokoke. Allyssa seneng banget. Malemnya langsung dengan semangat nulis di diarynya. Semoga jadi langkah awal buat belajar mengungkapkan pikiran lewat menulis ya nak.

Mumpung lagi ulang tahun, gw coba merangkum perkembangan Allyssa selama setahun terakhir  ini.

Sampai saat ini perawakannya masih kurus. Udah bolak balik ke dokter anak, udah dicekokin vitamin , tetep aja ga gemuk2. Berat badannya masih belum mencapai 20 kg. Gw udah nyaris putus asa. Tapi mengingat dia masih aktif bergerak, lincah, ga ketinggalan pelajaran, dan tambah tinggi, yasutlah....kayaknya perawakannya emang mungil.

Udah mulai ngaji di Al Quran. Walaupun masih juz 1. Kalo di juz 'ama sekarang lagi mulai menghapal surat al-aadiyat. Gw ga pasang target hafalan  sih buat anak2 gw. Sadar diri, sebagai emak, hafalan gw sangat standar sekali :p.

Tulisannya tergolong rapi. Kecil2 khas tulisan cewe'.  Sekarang lagi semangat buat belajar tulis sambung. Terutama nulis namanya sendiri.

Suka ngegambar,  tapi di buku tulis. Biarpun media lain kaya'  kertas hvs atau buku gambar tersedia, tetep aja doyannya ngegambar di buku tulis. Bahkan buku tulis pelajarannya pun sering digambarin. Dan lebih suka ngegambarnya pake pena. Kalo ngewarnai, masih tergantung mood, kalo lagi pengen ya gambarnya di warnai, tapi paling sering enggak. Suka ngegambar orang dan bunga2. Trus gambarnya dibikin cerita pendek.

Sama Audra klop banget. Kalo berdua sering main pretend play. Satu jadi putri, yang lain jadi pelayan. Satu jadi kucing, yang lain jadi adik kucing. Satu jadi ibu, satu jadi anak. Khayalan mereka masih tak terbatas. Kalo main, pasti ada sesi marah plus ngambek2nya donk. So far sih berantemnya masih normal. Jadi kadang masih gw biarin, biar mereka belajar gimana mengatasi konflik. Berantem juga salah satu mekanisme buat bertahan hidup hehehe.... Kalo udah kebangetan, baru gw turun tangan.

Udah mulai suka baca. Buku2 yang dulu gw beli pas mereka masih kecil2, sekarang udah mulai di baca sendiri. Mulai dari yang tipis dan gampang seperti cerita2 balita, sampai yang tebal dan rada rumit seperti serial WHY. Udah mau baca buku cerita bahasa inggris yang ringan sendiri, semacam disney magic english. Tapi buat cerita yang tulisannya banyaaaak, sesekali Allyssa masih sering minta bacain. Dan gw ga keberatan donk pastinya. :)

Lagi belajar baca not balok. Karena rada ga puas dengan cara ngajar guru piano nya, Gw turun tangan langsung ngajarin Allyssa dan Audra supaya bisa baca not balok. Yaps, punya anak yang bisa main piano memang obsesi gw. Kayaknya Allyssa udah mulai ngerti, mulai bisa baca not di kunci G dan kunci F, walaupun belum lancar.

Ga suka berenang. Kalo berendem suka. Setelah dijanjiin bakal di kasih tablet kalo dia lancar berenang,  lumayan ada kemajuan. Paling enggak sekarang kalo berenang udah mau masukin kepalanya ke dalam air, belajar nahan nafas.

Makan udah mulai banyak. Udah mau makan sendiri donk, tapi kalo pagi hari, tetep aja suapan pertama harus gw yang nyuapin, baru selanjutnya dia makan sendiri. Makannya juga udah ga di emut lagi. Bisa selesai dengan cepat. Tapi biarpun makan banyak, ya gitu...tetep aja kurus. Dan allyssa punya alasan sendiri, "Aku kan tumbuhnya ke atas ma, bukan kesamping". Hiyaaaa.....iklan abis nih anak.

Udah mulai dapet pengaruh dari temen2nya dalam hal nonton tv. Kalo gw lagi ga ada, sering curi2 nonton "7 Manusia Harimau" dan "Tukang Bubur Naik Haji". Kalo yang yang terakhir ini kayaknya pengaruh eyangnya deh. Trus pernah pas gw pulang kerja, dia nyanyi dengan lancar ost nya itu sinetron, katanya sih diajarin temennya di sekolah,  dan tuh lagu trus d ajarin ke adiknya. Gw ga marah sih, cuma sebatas geleng2 kepala dan menghela nafas doank.

Udah terpapar sama lingkungannya dengan istilah pacaran. Bahkan pernah bilang gini, "Ma, kalau aku besar nanti, aku nikahnya mau sama nanda, trus aku mau pake baju yang baguuuus kaya' putri2 gitu". Gw sampe bengong ngedengernya. Nanda itu temen les bahasa inggrisnya, satu2 nya anak cowok yang menurut dia ga nakal. Tapi pas gw tanya pacaran itu apaan, Allyssa masih bingung. Kayaknya sih menurut dia pacaran itu sama dengan berteman dengan kawan yang laki2.

Masih suka warna pink, permata, mahkota dan berbagai benda bling bling berkilau lainnya. Paling enggak sekarang udah ga mutlak harus pake baju warna pink. Warna lain, kalo menurut dia bagus mau di pake. Untuk masalah fashion, kayaknya dia punya selera yang cukup bagus. Kalo dipilihin baju yang ga matching pasti dia protes dan ga mau pake. 

Cita2nya saat ini ada seabrek2 dan masih berubah2. Gw sih ngarahin dia supaya punya cita2 jadi "News Anchor",  kan asyik tuh, masuk tv terus hihihi....tapi Allyssa bilang ga mau. Terakhir kali dia cerita mau jadi dokter mata sekaligus pengajar balet yang punya toko roti dan toko pakaian. Dia bahkan udah mengajak kawan2nya buat bergabung. Neiva bertugas ngajar balet, Eci bakal jadi desainer baju dan sepatu,  Nafisya bertugas memasak cupcake yang enak buat toko rotinya. Allyssanya jadi dokter mata sambil mengawasi toko2nya. Hihihi...... Aamiin. Mama juga mau kayak gitu nak.

Udah mulai bisa nerima perpisahan gw dengan baik. Walaupun tetep aja ada masa2 nya mendadak dia uring2an, dan nanya ke gw "Kenapa sih mesti cerai?". So far, masih mengintimidasi papa (dan mamanya juga sih), dengan bilang kalo "Aku ga mau punya mama baru, pa!" :p.

Apalagi ya? Hahaha....segitu aja yang keinget sekarang. But we do have a lot of  wonderful times together.

She's growing.

Ga habis2nya gw bersyukur kepada Allah, for allowing me to raise such an adorable daughter like her.

Doa mama buat Allyssa masih sama, seperti yang selama ini tiap hari  mama panjatkan.

I wish u (and your little sister) the best that life could bring.

Dan dengan rendah hati mama berdoa, semoga mama diberikan kemudahan, kekuatan dan kebijaksanaan dalam mendampingi kalian berdua, sampai waktunya kalian berdikari nanti.

Aamiin.

Minggu, 10 Mei 2015

Para Princesses

Seperti para gadis cilik lainnya. Anak gw penggemar princess2 keluaran disney. Beberapa mereka kenal karena banyaknya karakter2 princess tersebut yang berseliweran di buku2 mereka. Yang lain mereka kenal karena sering tayang di televisi. Cinderella, Belle, Ariel  Aurora, Snowwhite, Jasmine, Tiana,  Rapunzel, Elsa, Anna, you name it, mereka kenal semua.

Audra penggemar Ariel.
Alasannya, karena Ariel bisa berubah jadi putri duyung.

Allyssa penggemar Aurora.
Alasannya, karena Aurora pake baju yang cantik warna pink.

Gw bukan penggemar princess2 diatas.

"Kenapa mama ga suka Ariel?", tanya Audra.
"Karena Ariel ga nurut sama orang tuanya" jawab gw.

Dan kemudian gw menjelaskan panjang lebar ke Audra, kurang lebih begini:

"Ariel udah dilarang main  ke permukaan laut sama papanya , eh dilanggar. Trus malah bikin perjanjian sama nenek sihir supaya ekornya bisa di ganti sama kaki, itu kan namanya ga bersyukur. Trus dia pergi ninggalin keluarganya, cuma supaya bisa ketemu sama pangeran. Itu namanya menuruti hawa nafsu doank. Udah gitu pangerannya malah ga mau sama2 dengan Ariel. Konyol kan. Makanya mama ga suka Ariel."

Audra bakal cemberut ke gw dan bilang "Ariel ga gitu kok maaaaaa. Dia baiiiiik......".
Hehehe.....sorry de', mama tetep ga suka dengan Ariel.

"Kalo Aurora, mama suka?", tanya Allyssa.

Nope, gw ga suka, simply karena Aurora ga ngapa2in, cuma tidur doank, trus bangun2 langsung dapet jodoh pangeran tampan nan kaya raya. Bah! Pesan moral apa yang bisa ditangkep dari sana?

Untung ada cerita Aurora versi Maleficent. Jadi gw bisa menjelaskan ke anak2 gw kalo cinta sejati antar manusia yang paling tinggi tingkatannya itu antara orang tua ke anak. Tuh, buktinya Aurora terbangun dari kutukannya karena Maleficent "deep in her heart", sayaaang banget sama Aurora, dan udah nganggep Aurora kayak anaknya sendiri.

(Anak2 gw nonton maleficent?  Hehehe, ga sengaja. Ceritanya, pada suatu malam sepulang kerja, gw mendapatkan anak2 gw, bertiga dengan eyang baba sedang duduk terpaku didepan tayangan HBO, nontonin maleficent. Ampuuun!  Dan bukannya nyuruh ganti saluran, gw malah ikut duduk dan nonton bareng. Hwehehehe.....Kacau!)

Kalo disuruh memilih mana yang gw suka diantara disney princess, gw pasti memilih Mulan. (Mulan masuk kategori princess atau bukan ya?)

Kenapa Mulan? Karena Mulan cerdas. Titik.

"Tapi Mulan bajunya ga cantik ma", protes anak2 gw.

Nak, cantik aja ga cukup.
Kalian mesti cerdas kalo mau bisa bertahan hidup.

Diluar perseteruan gw dengan anak2 gw mengenai princess2 diatas, kita bertiga, sesama penggemar Frozen,  sepakat bahwa princess Anna dan Elsa adalah princess2 yang baik dan saling menyayangi saudaranya.

Se"error" nya Elsa, dia masih pake logika sewaktu ngelarang tindakan impulsif Anna yang minta kawin. "You cant marry a man you just met". Benarrrrr sekali Elsa, there's no such love at the first sight.

Anna, walaupun pecicilan ga jelas, sangat sayang sama kakaknya. Dan dia cukup cerdas buat tahu kalo masalah antara dia dan kakaknya cuma karena salah komunikasi doank. Makanya dia nekat mengarungi gunung es buat memperbaharui hubungannya dengan Elsa.

Selain princess2 yang udah dewasa diatas, ada 1 princess lagi yang kita bertiga sama2 suka. Satu2nya princess yang masih anak2, yakni princess Sofia. Yaps, udah  dua tahun terakhir ini, kedua anak gw menyukai Sofia the First. Serial anak jebolan Disney Junior.

Ceritanya, di suatu negeri antah berantah, hiduplah seorang gadis desa kecil  bernama Sofia. Usianya masih SD gitu deh. Awalnya dia tinggal berdua aja sama ibunya yang bekerja jadi pembuat sepatu di desa. Tidak dinyana, ibu nya dapet durian runtuh, kenalan sama raja dan dijadiin istri sama raja Roland. Otomatis kehidupan sosial Sofia berubah drastis. Mendadak dia jadi bagian dari keluarga ningrat. Mendadak dia punya dua saudara tiri yang seusia sama dia. Dan ternyata, mendadak jadi putri itu ga gampang, Sofia harus banyak belajar dan menyesuaikan diri.

Nah, cerita film nya bukan tentang "tips and trick" bagaimana supaya bisa dipinang raja :), tapi tentang gimana Sofia berusaha menjadi putri yang baik dan benar.

Pas pertama kali gw ngeh dengan jalan ceritanya, hasil diceritain anak2 ,  gw langsung nyengir dan membatin.  Pinter juga ya Disney ini. Dengan banyaknya kasus perceraian, secara otomatis banyak anak yang berkesempatan punya  orang tua tiri dan saudara tiri. Fenomena ini ditangkap dengan baik oleh pihak Disney dengan menelurkan Sofia the First, yang laris manis jadi tontonan anak2. Terbukti dengan merchandisenya yang ada dimana2.

Lebaran tahun lalu, adik gw pernah mengungkapkan ketidaksukaannya dengan film Sofia the First. Kurang lebih begini :

"Lu tau ga ki, Sofia itu kenapa jadi putri? Karena ibunya mendadak kawin sama raja!"

Hihihi....iya gw tau. Hidup kadang emang ga adil, dik :p.

Gw gagal paham kenapa adik gw ga suka.

Gw sih ga masalah dengan  latar belakang plot diatas.

Sofia mengajari bahwa punya keluarga baru itu ga apa2 kok.
It's OK to have a new father.
It's fun to have a new step sister  or brother or even both of them.

Dan jadi "putri yang baik dan benar" itu ternyata ga gampang loh.
Sofia harus banyak belajar dan bersabar.
Bagaimana menghadapi saudara tiri yang awalnya ga suka dengan dia.
Bagaimana "mengakurkan" temen2 lamanya dari desa dengan temen2 baru nya para putri bangsawan
Bagaimana  selera sedehana nya  bisa diterima lingkungannya yang baru

Ada satu episode yang bercerita tentang gimana Sofia ingin merayakan hari ibu berdua saja dengan ibunya, seperti dulu. Tapi ibunya menolak, karena sekarang Sofia udah punya saudara2 tiri. Jadi Sofia harus mulai belajar membagi ibu nya dengan saudara2nya yang lain.

Ga tau kenapa ya, pertama kali nonton beberapa minggu yang lalu, episode yang itu sukses bikin gw menitikkan air mata. Padahal jalan ceritanya ga mellow2 banget. Mungkin karena  ceritanya rada deket dengan realita kehidupan gw. Jadi tebersit kalo It could happen to us.

Episode itu juga yang bikin gw jadi posting tulisan ini.

Dibanding cerita2 princess disney yang lain, princess Sofia ini termasuk kategori paling aman buat anak2.

Mudah2an disney tambah kreatif dalam membuat karakter2 princess baru, yang sesuai dengan jiwa anak2.

 

Sabtu, 09 Mei 2015

Guangzhou

Gw menginjakkan kaki ke Guangzhou dengan niat yang amat mulia, yakni untuk menuntut ilmu di negeri China.

Tapiiiiii, biarpun udah bertekad buat mencari ilmu sebanyak2nya di tempat acara, "disiplin ilmu yang lain" ternyata tetap menuntut untuk ikut di pelajari juga diwaktu yang bersamaan. Yaaah.....niat, teori sama praktek memang kadang2 rada ga klop ya :p

Jadi, ngapain aja gw di guangzhou?

1. Jalan di IKEA malem2. Ini tempat didatengin berhubung hotel Jianguo tempat kita nginep lokasinya sebelahan dengan Ikea. Jadilah malem pertama di GZ, gw dan dua ekor temen gw cuci mata ke Ikea. Baru sebatas survei harga dan noted beberapa barang buat diangkut ke tanah air. Hihihi....

2. Menuntut ilmu di Baiyun International Convention Centre. Beneran, gw bener2 belajar loh pas hari pertama. Dengan semangat gw bahkan sempet mencatat di notes. Tapi yaaa gitu..... semangat gw bertahan cuma sampe jam makan siang doank, udah gitu luntur. :p

3. Keliling di Onelink Plaza. Intinya: beli pernak pernik di sini alias belanja. Gw nemu bulu domba dengan harga murah. Iya sih, di garut juga banyak bulu domba. Tapi paling enggak kan bulu domba gw made in china. Domba china loh ini, hwahahaha..... angkut!

4. Nyari alat2 operasi di pameran. Dengan kualitas yang sama, harganya lebih murah dibanding yang made in India. Barang china emang top. Karena keasyikan milih alat2, gw ga ikut acara satupun. Kalo lunch nya sih ga ketinggalan hehehe....

5. Jalan di Baima. Ini tempat gudangnya baju2. Saking banyaknya ngeliat beraneka macam baju, gw jadi kehilangan selera dan ga semangat buat belanja di sini. Jadi gw cuma keliling nemenin temen2 gw aja.

6. Ikut Pearl River Cruise. Nyampe di dermaga nya masih sore. Jadinya kita nunggu sampe rada gelap baru naik kapal. Biar bisa liat2 lampu2 kota Guangzhou yang cantik, sekalian towernya. Gw lupa brp harga tiketnya, yang ngurus temen2, gw tinggal bayar doank. Kita dapet tempat duduk di bagian atas atap kapal yang terbuka dan disuguhin semangka, tomat cheri kecil sama minuman kopi coklat gitu. Tante Hera ngeluarin sambel terasinya. Jadi aja kita makan itu tomat pake sambel terasi hihihihi....tinggal kurang ikannya nih. Dimanapun berada, selera Palembang tetep ga berubah  :).

7. Jalan ke Baiyun Leather Trade Centre. Beli dompet sama tas buat oleh2. Gw malah ga beli apa2 buat gw sendiri . Murah ga disini? Kalo beli banyak mungkin murah kali ya. Tapi kalo beli dikit kyknya beda2 tipis dah sama harga di jakarta.

8. Jalan lagi ke Onelink Plaza. Ngambil "pesanan" yang dijanjiin selesai hari itu. Ternyata barangnya belum ada. Nila dan nyokapnya cabut ngulang ke Baima. Gw ga ikut. Jadilah gw keliling lagi di dalam itu plaza, dan kembali berhasil menemukan barang2 buat di beli (Paraaaaah!). Udah gitu, disini gw menemukan tas yg baru aja gw beli di Baiyun Leather Trade Centre dengan harga yang lebih murah. Huaaaaa.......:"(

9. Keesokan harinya, gw jalan sendirian. Temen2 gw pada berpencar pergi ke tempat2 lain. Ada yang niat mau naik ke Guangzhou Tower , ada yang ngulang ke Beijing lu, ada yang ngulang ke Baima, ada yang ke Baiyun Leather Trade Centre, ada juga yang cuma jalan di sekitaran hotel. Gw kemana? Ehmmm....gw balik lagi jalan ke Onelink Plaza hehehe.... Niat banget gw ke Onelink berkali2? Iyaaaa....soalnya, bunga artifisial dari lateks nya muraaah di banding di Indo. Pas kunjungan sebelumnya gw cuma beli dikit. Setelah gw pikir2, kan kurang tuh. Terpaksa donk gw ngulang lagi. Mana gw juga  masih nyariin pesenan Audra, boneka Elsa, Anna dan Olaf. (Waduuuh de', kalo sekedar boneka frozen mah d indomaret juga ada kali, ga perlu mama bawain dari china.) But a promise is a promise. Maka, beredar kembali lah gw  di Onelink dan sekitarnya, ga ke tempat lain.

10. Ke Ikea lagi, setelah di rayu ama nila. Awalnya gw nolak2 karena kaki rasanya udah mau copot dan gw belum kelar packing. Tapi demi kenyenyakan tidur anak2nya, (disamping masih penasaran juga pengen ngebandingin harga kulit domba versi Ikea :p ), gw akhirnya bersedia nemenin dia nyari lampu tidur yang sudah diincernya di Ikea. Ujung2nya gw membelanjakan yuan terakhir gw di sana, beli lampu lilin kecil. So, malam itu gw sukses pulang ke hotel dengan mengantongi sisa uang 10 yuan sahaja.

11. Di bandara, gw masih nyempetin mampir ke duty free, beli "something", pake CC, yuan gw udah abis. 10 yuan terakhir, gw beliin air mineral dingin d bandara.

Nnaahh....dari daftar kunjungan diatas, bisa dilihat kalo posisi teratas di tempati Onelink Plaza dengan 3 kali kunjungan, diikuti IKEA dan Baiyun Convention Centre masing2 dengan 2 kali kunjungan.

Kesimpulannya: paraaaah banget gw di guangzhou.

Masa' kegiatan shopping gw jauh lebih banyak dibanding jadwal belajar ataupun jadwal jalan2. Ampuuuun dah.

Pamor GZ sebagai kota belanja juga kayaknya punya pengaruh cukup besar dalam mempengaruhi prilaku konsumtif gw. Padahal dengan kondisi sekarang, dimana nilai tukar rupiah terhadap yuan lagi berantakan, harga barang2 di GZ ga bisa di bilang murah2 amat.

Yaaah....gw ternyata memang cuma manusia biasa, yang tak luput dari godaan.

:)

Minggu, 26 April 2015

Broken Hp

Minggu pagi.

Gw lagi sangat bersemangat ngurusin halaman depan rumah. Rencana gw hari itu adalah menata ulang tanaman2 yang ada di taman.

Tiba2, ada sms masuk dari teman gw. Yaps benar, sms. Bukan bbm atau WA atau line. Gw memang masih termasuk kategori manusia jadul yg setia menggunakan sms selain bbm. Dan khusus dengan temen gw yang ini, sms jadi media yang paling sering di pake . Gw pake bbm, dia enggak. Dia pake WA, WA gw ga diaktifin. Gw jarang buka FB, dia ga punya akun FB. Gw jarang ngangkat telp, dia lebih jarang lagi. Jadi klop kan, pilihan media buat berinteraksi cuma sms, yang kadang dikirimnya sekarang, dibalesnya 2 jam kemudian hehehe....

Anyway.... temen gw mengabarkan kalo ujian akhirnya udah berakhir dengan gemilang, dan sebentar lagi dia diperbolehkan menyandang titel sebagai ahli menidurkan orang di belakang namanya.

Lagi asyik2nya gw ber-sms-an di tengah2 semangat  berkebun, tiba2.....praaaak!
Hp gw jatuh.
Meluncur mulus dari tepi meja.
Langsung menghantam lantai.

Reaksi pertama gw, sama seperti orang2 kebanyakan. Langsung ambil hp, mengelus2 si hp,  diiringi doa  dalam hati semoga semua baik2 saja, dilanjutkan dengan mencoba beberapa aplikasi. 

Hasilnya? Amaaan....biar udah terhempas cukup keras, hp gw cukup tangguh kayaknya. Masih bisa melakukan tugasnya dengan normal.

Gw pun lanjut ber sms-an ria.

Di tengah serunya ber sms....hp gw mulai menunjukkan tanda2 ga sehat. Mendadak si hp berinisiatif mati dan restart dengan sendirinya. Selesai loading, si hp kemudian mati lagi, dan restart lagi. Si hp mulai memasuki lingkaran setan, mati, restart, mati, restart, mati, restart, begitu terus berulang2. 

O-ooow!
Gw pun tersadar, hp gw tidak setangguh yang gw kira.
Hp gw rusak.

Huuaaaa.....:"(.

Gw langsung kelimpungan. Hp gw cuma satu. Seluruh data kontak ada disitu, tersimpan d memori hp. Parahnya lagi, gw ga inget sama sekali password bbm id gw. Kumaha ieu?

Solusi pertama yg terlintas adalah: beli hp baru.

Tapi ini solusi  yang ga nyelesain masalah. Lha yang gw butuh kan no kontak orang2 di hp gw, bukan masalah hp baru atau enggak. Dan berhubung gw tergolong orang yang setia dan ga terlalu melek teknologi (apalah hubungannya coba?), ini jelas opsi yang ga terlalu gw pilih. Wong beli hp aja seumur2 baru sekali. Ya waktu beli BB itu. Sisanya hp gw kan gratisan alias di kasih hihihi....dasar ga modal.

Solusi kedua, dan lebih masuk akal, nyehatin tuh hp. Tapi dimana?

Mau sembarangan nyerahin ini hp ke konter yang gw ga kenal kyknya rada ga yakin. (Ntar foto2 gw pas di GZ di salahgunakan pihak2 tak bertanggung jawab nih hehehe....). Mau di bawa ke konter samsung juga gw rada males. Soalnya inget masa lalu, pas tablet gw sakit.  Alternatif pengobatan yang disarankan  mereka pada tablet gw dulu cuma sebatas di install ulang, which means seluruh data gw bakal ilang. Sementara yang gw butuh itu ya data2 kontak gw d hp.

Ujung2nya, kedua alternatif diatas ga ada yang gw kerjain.

OK. Yang penting sekarang gimana caranya supaya gw bisa dihubungi. Kalo gw ga bisa dihubungi, kerjaan gw pasti keganggu.

Akhirnya, dengan sedikit rayuan dan paksaan,  diiringi tatapan mata ga rela dari allyssa, gw ambil alih lagi BB putih lama gw yang udah gw wariskan ke anak2 gw. Sorry kids, emergency nih.

Sekarang tinggal nyari daftar kontak yang baru.

Yang pertama gw cari adalah:

Ring 1 gw.
Aman.
Ortu gw punya daftar lengkap telpon keluarga gw. Gw tinggal nyontek dari  hp mereka. Done!

Selanjutnya:

Ring 2 gw.
Rada repot, kagak ada satupun no telp rekan kerja gw yang gw inget. Tapi berhubung tante gw satu profesi dgn gw, dan bekerja dengan beberapa orang yang sama,  beberapa no telp bisa gw lacak. Yaaah sebenernya kalo ga mau repot, gw tinggal nunggu hari senin tiba, pasti  ujung2nya gw ketemu sama rekan2 kerja juga sih.

Berikutnya:

Ring 3 gw.
Nnnnaaah....ini yang susah. Kalo masih yang sebatas temen2 residen dulu sih masih relatif mudah di telusuri. Tapi temen2 zaman pra residen, gimana caranya gw ngumpulin no kontak mereka lagi nih?

Hiks.

Pasrah dah....kayaknya gw harus kehilangan kontak dengan beberapa temen gw :(. Mudah2an suatu saat berhasil ketemu lagi.

Dan sekarang, at the end of the day, dari 200an kontak yang tadinya gw punya, gw cuma berhasil mengumpulkan kembali 20 kontak saja.

:(

Ternyata, begini rasanya kalo hp rusak mendadak.

Selasa, 21 April 2015

There will be haters

Alkisah, di suatu sabtu yang cerah, seorang anak perempuan imut nan menawan sedang bersiap2 berpakaian. Tujuan nya hari itu adalah mengambil raport tengah semester bersama eyang tercinta. Sang mama sudah menyiapkan baju hasil perburuan online terakhirnya. Sebuah baju lengan panjang merah delima dengan renda putih manis di sekeliling lehernya yang dipadu dengan legging merah. Tak ketinggalan sepatu boot bertali rainbow hasil nangkring detik2 terakhir di Onelink Plaza.

Hasil akhirnya, tidak usah diragukan, dengan rambut ikal yang di ekor kuda, sang anak terlihat jauh lebih manis dari oreo. Kalo meminjam kalimat putri Amber dalam Sofia the First, "Sempurna!"

Dengan semangat, sang gadis imut tersebut berangkat ke sekolah bersama eyangnya. (Iya, gw selaku ibunya ga bisa ikut. Lagi!)

Singkat cerita, pada siang hari, gw udah kembali mendarat di rumah. Allyssa (tokoh utama cerita diatas), juga udah pulang dan lagi main bersama adiknya. Gw ngeliat baju merah yang tadi pagi di pakainya udah di lepas, tergeletak di kursi ruang tengah.

"Sa, gimana tadi ngambil raportnya? Sempet main sama temen2 ga disana? Hasilnya mana? Mama mau liat donk"

Allyssa mendekati gw, wajah nya yang tadi cerah mulai berubah murung.

"Ma, aku ga mau pakai baju itu lagi" kata Allyssa sambil menunjuk baju merah yang tadi pagi dipakainya.

"Lho?! Kenapa? Bajunya bagus loh. Allyssa cantik pake baju itu" tanya gw heran.

Allyssa cuma geleng2 kepala, ngasih hasil raportnya (yang hasilnya bagus semua, kecuali di bagian disiplin, yang tertulis komentar kalo dia sering dateng kesiangan. Maafkan!), dan terus pergi main lagi dengan Audra.

Ga lama, eyang nini muncul, dan ngasih tau gw tentang apa yg terjadi.

Jadiiii....ceritanya, tadi di sekolah Allyssa turun dari mobil dengan riang, dan menyapa dua orang teman sekelasnya yang kebetulan lagi ada di halaman.

"Afra...! Aura...!", panggil Allyssa.

Dan.....teman2nya menanggapi sapaan ramah Allyssa dengan lirikan tak bersahabat disertai komentar:

"Ih, pake baju kayak gitu. Auratnya kelihatan."

" Memangnya boleh pake baju seperti itu"

Allyssa yang ga nyangka bakal menghadapi perilaku begitu dari teman2 yang notabene kawan2 baiknya, cuma bisa terdiam.
Semangat ingin bermain bersama temen2nya langsung luntur. Dengan lunglai dia langsung masuk ke kelas, mencari eyangnya, dan duduk disamping eyangnya sampai acara pembagian raport tengah semester selesai.

Gw yang ngedenger cerita eyangnya juga jadi terdiam.

Naluri pertama gw selaku ibu adalah pengen nyari itu temen2nya dan melototin mereka. (Hehehee....)

Tapi kemudian gw mulai berpikir, kok situasinya malah bikin ga enak buat anak gw ya. Dan karena gw lagi ga ada kerjaan, konflik kecil diatas memicu gw buat berpikir panjaaaaaaaang.

Sebagai mamanya, tentu gw ingin anak gw tampil rapi dan manis. Rasanya gw ga ngedandanin Allyssa secara berlebihan kok. Dia pakai baju dan celana lengan panjang, cuma ga pake jilbab. Menurut gw pribadi sih masih tahap wajar.

Tapi mungkin gw harus sadar, bahwa standar lingkungan sekolahnya mungkin ga sama dengan standar gw. Latar belakang temen2nya, mungkin ga sama dengan keluarga gw.  Mungkin bagi orang2 lain, gw "terlalu bebas" , membiarkan anak2 gw berkeliaran tanpa jilbab.

(Masih belum pada akil baliq gituuuuuu loh.)

Gw pribadi, sedari awalpun udah berniat, tidak akan pernah memaksakan anak2 gw buat berkerudung. Yang penting mereka berpakaian rapi dan sopan. Kalo mereka ngerasa siap dan mau pakai, gw pasti mendukung. Tapi kalaupun enggak, gw ga akan menakut2i mereka sebagai anak durhaka yang bakal masuk api neraka.

(Jadi mikir, apa gw yang salah pilih sekolah ya?)

Gw yakin, kalo dengan dandanan seperti diatas, Allyssa gw bawa jalan ke Grand Indo atau PVJ, ga bakalan ada yang berkomentar, lha wong pakaiannya standar anak2 kok. Ga aneh2 kayak artis dangdut.

Berusaha berpenampilan rapi dan menarik menurut gw sih ga salah. Di dunia profesional, penampilan merupakan salah satu poin penting yang dinilai relasi kita. Masa' gw ga boleh ngelatih anak gw buat belajar padu padan pakaian ya. 

Tapi ya gitu, gw juga mungkin harus mulai introspeksi, bahwa walaupun kita ga punya niat pamer ataupun minta di puji, tetep aja opini lingkungan sekitar kadang2 beraneka ragam. Dan terkadang berpotensi bikin nyeri hate.

Paling enggak pengalaman diatas bikin gw jadi sadar dengan fungsi dari baju seragam sekolah. Seragam sekolah bikin perbedaan jadi tak terlihat. Dimana bagi sebagian besar orang, perbedaan itu kadang sulit diterima dan berpotensi memicu konflik. Dengan memakai seragam, otomatis kita jadi merasa sebagai bagian dari komunitas tertentu. Hidup seragam!

Ah ya, itu cuma sedikit opini gw.

Jadi untuk kasus diatas, gw cuma bilang ke Allyssa kurang lebih begini :

" Kadang emang gitu sa. Menurut kita, kita biasa2 aja dan ngerasa ga ada masalah, tapi ada aja temen2 yang ga suka kalo kita  berbeda dari mereka.  Sebenernya sih kalo menurut mama ga apa2, kan kita juga ga aneh2 ataupun ganggu mereka."

"Ya udah, kalo temen2nya lagi ga mau main , kita main ama yang lain aja dulu. Ntar besok2 baru kita ajak main bareng lagi."

Mau kita mencoba bersikap baik gimanapun, pasti ada aja pihak2 yang ga suka. Pinjem slogan salah satu merk sepatu yang terkenal, "There will be haters". Jadi, ga usah didengerin amat lah komentar2 miring  ga jelas di luar sana.

Welcome to the real world, my child.

Sabtu, 11 April 2015

Shenzhen dan Hongkong

Hari pertama di daratan china alias Shenzhen.

Paginya kita dapet breakfast di hotel. Sebenernya rada ngeri juga sih mau makan apaan. Akhirnya gw nyari yang menurut gw paling aman. Nasi, jagung rebus, salada, sama ikan kecil yang di goreng. Mudah2an masuk kategori aman. Amiin.

Acara kita kali ini jalan2 di Window of the World (WOW), semacam taman buatan yang isinya ada bermacam2 miniatur bangunan2 landmark terkenal dari berbagai negara.

Dari hotel, jalur kesana ga susah2 banget. Naik dari laojie st yang ada di sebelah hotel, trus stop di WOW st. Ga pake transfer atau pindah jalur. Mudah kan.

Nyampe di WOW, cuaca rada mendung, pas banget buat jalan2 keliling taman tanpa kepanasan. Tapi buat ngambil foto rada ga asyik sih, soalnya jadinya rada gelap.

Seluruh rombongan ikut, trus kita misah jalan di dalamnya, dan memutuskan bakal ketemu lagi jam 2 siang di depan pintu keluarnya WOW. Gw, as always, berujung jalan dengan Nila dan nyokapnya, tante hera. Nyokapnya Nila ophthalmologist generasi pertama. Jalan ama sesepuh nih judulnya.

Ngapain aja disini? Yaaah ga ngapa2in sih, cuma jalan, foto2 dengan berbagai miniatur.

Menara eifel berhias aksara china dengan kincir angin warna warni.
Miniatur kota di amrik sono lengkap dengan menara kembarnya.
Niagara buatan yang rameeee banget
Piramida dan sphinx made in china
Taman yang full kincir angin

Ada bagian asia dan holland juga yang ga sempet kita datengin. Denger2 ada borobudur disana. Sayangnya waktu udah mepet dan kaki udah menolak buat jalan lebih jauh.

Akhirnya jalan menuju pintu keluar. Ketemu dengan temen2 yang lain di sana. Gw nyempetin beli passport ala WOW, buat kenang2an kalo udah keliling dunia versi mini Hehehe.

Selanjutnya, kita lanjut lagi jalan ke museum nya shenzhen. Ga gitu jauh sih, tapi pake pindah jalur subway. Museumnya sendiri tepat di depan mata begitu keluar exit subway. Tapi tetep aja ga bisa nyebrang langsung, mesti jalan  dikit rada melingkar.

Masuk museumnya gratis. Ga heran ada banyaaaak banget bus pariwisata parkir di depan museum. Kayaknya setiap turis yang ke SZ pasti di ajak kesini sama tour guide nya. Gratisan sih hihihi....

Museumnya bagus. Luas dan bertingkat 4 atau 5 ya? Tiap lantai ada beberapa ruangan. Ditiap ruangan ada tema2 sendiri. Mulai dari prasejarah sampe modern.

Ruangan pertama yang gw masukin, terdiri dari berbagai peralatan dan piring2 kuno entah dari abad ke berapa. Penjelasan di ruangan itu pake aksara china semua sih, mana lah gw ngerti. Tante hera semangat banget ngeliatin itu piring2, pake di foto2in segala. Ternyata di rumahnya dia juga kolektor berbagai piring kuno abad2 jadul. Cocok deh dia dibawa ke tempat piring2 ini.

Ruangan kedua yang gw masuki rada mendingan. Kayaknya cerita tentang dimulainya kerajaan di SZ gitu deh (barangkali yaaaa). Ada penjelasan pake bahasa inggris  sih di bawah aksara china nya. Cuma tetep aja gw ga mudeg. Emang dasarnya lagi ga pengen belajar sejarah kali ya, di tambah kombinasi kelaperan yang diperparah dengan jari kelingking kaki udah mulai sakit,  jadi aja gw cuma liat2 tanpa ngerti apa2.

Eh, tapi disini gw sempet ngeliat pemandangan menarik. Anak2 seumuran 10-12 tahun pada jadi tour guide museum. Mereka pake jaket merah dan ngasih penjelasan ke para visitor. Tentu aja pake bahasa china. Boleh juga ya ide nya.

Pulang dari museum, kita langsung ke hotel. Disini, para anggota mulai tersebar lagi. Ada yang berburu nyari muslim food, ada yang nyari makan di sekitar hotel. Mengingat stok makanan dari tanah air masih banyak, gw ga ikutan dan lsg ngeloyor pulang sendirian ke kamar hotel. Mengistirahatkan kaki kyknya pilihan yang sangat masuk akal. Karena kebijakan hotel d sana cuma ngasih satu kunci, terpaksa gw tidur2an di kamar yang rada gelap. Temen sekamar gw masih melanglang buana, teu nanaon sih, gw kan pemberani hehehe....

Malemnya, gw jalan lagi bertiga ke sekitar hotel. Ga jauh dari hotel kita, ada toko giok yang lagi sale besar2an. Nila dan mamanya dengan semangat pilah pilih berbagai perhiasan giok d sana. Gw yang ga hobi pake perhiasan cuma liat2 doank. Dan berujung beli ukiran giok gambar bunga buat pajangan meja. Ga tau giok beneran atau bukan ya, kalo menilik dari harganya kayaknya sih giok kw keberapaaaa gitu. Hihihi....... biarin ah, yang penting made in china :p

Besoknya, jadwal jalan2 ke hongkong.

Ke hongkong dari SZ ternyata ga lama2 amat. Tinggal turun di Lohu st, jalan rada jauh ke bagian imigrasi, lewat imigrasi jalan lagi rada jauh juga, trus nyampe lah kita di Lowu st. Tadaaaa.......kita udah nyampe di Hongkong.

Kemana aja di hongkong?

Cuma main di daerah kowloon aja sih.

Yang didatengin pertama kali Avenue of Stars. Lokasinya di muara exit subway, masuknya gratis, ga mumgkin ga di datengin kan? :p. Nyempetin foto2 sama berbagai telapak tangan bintang2 top mandarin dan patung bruce lee sampe puas, trus cabut ke Nathan Road diseberangnya.

Nemu resto muslim, dan makan siang di sana.

Lanjut jalan lagi ke mesjid di kowloon, sholat disana, dilanjutkan dengan membahas pembagian biaya makan siang xixixi......

Jalan di kowloon park. Ternyata harus naik tangga yang sebenernya ga tinggi2 banget sih. Tapi berhubung usia kita ga bisa dibilang muda, begitu udah nyampe diatas yang di cari pertama adalah bangku. Udah ketemu bangku kok ya kayaknya berat banget mau bangun dan jalan keliling taman. Ujung2nya kita keterusan duduk2 disana, istirahat doank sambil ngerumpiin bpjs.

Tongsis gw kepake di sini :)

Karena pada ga ada yang berminat mau keliling taman, akhirnya kita turun tangga lagi keluar taman. Di jalan menuju keluar sempet nemu patung2 komik. Disempet2in ambil foto dah.

Turun dari taman, bingung mau ngapain.

Beberapa temen gw belanja di pertokoan sekitar yang isinya produk2 bermerek. Sisanya, termasuk gw, ga gitu minat buat belanja. Akhirnya kita ngider2 ga tentu arah di area sekitar. Berhubung hari udh tambah sore, akhirnya kita putusin buat pulang aja ke SZ.

Belum sempet ngapa2in nih di hongkong. Ya gpp lah. Kayaknya emang ntar mesti d datengin lagi. Sekarang anggap aja kunjungan pendahuluan doank hehehe....aamiin.

Nyampe SZ, gw jalan lagi malemnya bertiga. Dan kita makan sate cumi bakar yang enak banget. Lokasinya disebelah hotel sunon. Yang ngejual cowok china yang ngaku kalo dia muslim. Dia juga nunjukin resto halal yang ada di sekitar hotel.

Selesai makan, gw terpisah sendirian. Yang lain masih beredar, ada yang ngulang beli batu giok lagi, ada yang berburu makanan muslim. Gw dengan bijaksananya, memilih buat memanjakan kaki dan nangkring di lobby hotel. Nyobain koneksi video call pake line ke anak2 gw di Indonesia. Satu jam mencoba tanpa hasil, akhirnya gw nyerah. Kayaknya nasib gw emang cuma bisa komunikasi sama mereka pake bbm via wifi gratisan hotel doank. Jadi naiklah gw ke kamar dan tidur.

Besok, kita bakal angkat kaki menuju Guangzhou.

Kamis, 09 April 2015

Menuju GZ dan SZ

Okeeehh...gw mau cerita tentang pengalaman gw jalan2 (plus seminar) semingguan yang lalu.

Tempat seminarnya sih di Guangzhou (GZ), tapiiiiii.....berhubung itu kota deket banget dengan Shenzhen (SZ), sayang banget kan kalo ga main ke SZ juga. Dan ternyata, secara geografi, SZ ini deket buanget dengan Hongkong (HK). Masa' sih HK ga di datengin juga? Hehehe....

Maka dirancanglah acara jalan2 ke 3 kota tersebut.

Berhubung gw lagi kehilangan minat merancang acara jalan2. Gw ngikut aja dengan rancangan temen2 gw yang udah pada berpengalaman. Gw nyaris ga terlibat dalam perencanaan.

Karena temen2 gw pada maniak dengan Garuda, yaaahh pilihan pesawat pun otomatis dijatuhkan ke Garuda. Tiap hari cuma ada satu penerbangan dari Jakarta ke GZ via Garuda yang boardingnya jam 8.30 pagi. Which means: minimal dua jam sebelumnya gw udah harus nyampe Soetta buat check-in dan imigrasi.  Sementara perjalanan dari rumah gw ke bandara makan waktu 4 jam kalo ga macet. Jadi, jam berapakah gw harus berangkat dari rumah ???

Ya ga ada pilihan lain, jam 2 dini hari gw mesti angkat kaki. Akibatnya, malemnya gw ga bisa tidur. Selain sibuk packing (yang sampe detik terakhir kok ya ga beres2), gw rada ngeri kalo telat. Jam 2 tepat, gw yang ga tidur semaleman, di jemput dan meluncur ke Jakarta.

Tadinya gw niat mau tidur dengan tenang sepanjang jalan. Belum juga setengah jam jalan, saat mata gw udah siap2 mau menutup, telpon gw tiba2 berdering. Allyssa di ujung telpon nangis2 nyuruh gw pulang, karena ngerasa kurang lama gw peluk pas pamitan tadi. Hadeuuuuh nak. Pesawatnya bakal ninggalin mama kalo mama balik pulang lagi hiks :"(. Selama 1 jam berikutnya gw sibuk menenangkan dia lewat telpon supaya ga nangis. Termasuk ngejanjiin dia bakal di beliin boneka china yang pake baju pink. Untung audra anteng2 aja.

Jam 6 gw udah nyampe bandara. Temen2 gw rencananya pada bakal terbang naik Garuda juga dari Palembang ke Jakarta dengan penerbangan subuh. And guess what, penerbangan mereka ditunda karena kabut. Jadi ceritanya, mereka udah duduk manis di dalam pesawat trus disuruh keluar lagi karena jarak pandang pilot masih belum jelas.

Huuuaaaaaaa.....

Gw yang ngedenger beritanya jelas panik. Trus, Nasib gw gimana nih? Mereka mah kalo ga naik penerbangan yang sekarang pasti dapet ganti rugi. Lha gw gimana? Apa mesti ke GZ sendirian ya? Kalo cuma ke GZ doank sih kyknya gw masih berani. Tapi mau ke SZ nya gimana? Gw ga tau rute bus nya. Huuuaaaaa.........

Masih panik, gw dapet sms dari aak, nyuruh gw check in dan naik pesawat. Skalian ngasih tau kalo adiknya, Ari, juga udah ada d bandara. Gw rada lega, nah paling enggak gw ada temen buat nyasar bersama nih. Tapi, yang mana yang namanya Ari???? Gw kan belum pernah ketemu. Gw hubungi aak lagi, telpon dia udah ga aktif, kyknya pesawat mereka akhirnya berangkat.

Jadilah gw masuk ke ruang tunggu sambil celingak celinguk, nyariin cowok yang berwajah indo yang rada2 mirip aak, dan siapa tau lagi terlihat panik juga. Pencarian yang sia2, karena gw ga bisa mendefinisikan makhluk mana yang namanya Ari, adiknya si aak sampai detik2 terakhir.

Pas pengumuman boarding, wajah temen2 gw belum juga muncul. Gw udah pasrah dengan kemungkinan terdampar  di Guangzhou sendirian. Udah niat mau nyari hotel di GZ aja, ga pake keliling ke HK atau SZ. Gw sempet lapor ke petugasnya, ngasih tau kalo temen2 gw yang jumlahnya 10 biji itu belum nyampe karena pesawat mereka delay. Petugasnya bilang, kalo sekarang pesawat dari Palembangnya udah nyampe ke Jakarta, pasti temen2 gw di tunggu. Tapi kalo belum mendarat dari Palembang, mereka bakal ditinggal. Hiks...

Gw masih nunggu di depan boarding gate, berharap ngeliat teman2 gw dateng. Tapi sampe penumpang terakhir masuk, kagak ada juga wajah2 yang gw kenal. Yasut, masuklah gw ke boarding gate sebagai penutup.

Gw duduk di dalam bus yang bakal ngangkut kita ke pesawatnya. Cuma gw dan ada satu kelompok keluarga china kayaknya. Bus nya ga berangkat2 juga. Gw rada heran kok lama banget. Mulai terbit harapan nih, jangan2 ini bus nungguin temen2 gw.

Daaan....bener aja, setelah sekitar 15 menitan duduk manis dalam bus yang tak kunjung bergerak, akhirnya gw ngeliat y'ell masuk ke bus disusul temen2 gw yang lain. Waduuuuuh.....leganya gw. Gw batal terdampar di china sendirian hehehe....

Kita naik pesawat sambil di liatin penumpang2 lain yang udah duduk rapi. Hehehe....maap ya, jadi rada telat.  Diatas pesawat, akhirnya gw ketemu dengan adiknya aak yang namanya Ari, yang ternyata udah duduk dengan tenangnya di dalam pesawat. Pantes gw ga ngenalin, lah wong si Ari ini wajahnya oriental banget. Kalo aja gw ga denger dia ngomong pake logat palembang, pasti gw sangkain penduduk china asli.

Diperjalanan gw udah niat mau tidur. Tapi karena euforia ketemu temen2 lama, yang ada gw ngerumpi sama y'sep dari sejak pesawat bergerak sampai itu pesawat mendarat di Baiyun International Airport Guangzhou jam 3 sore.

Nyampe di GZ, kita mulai mencari bus yang bakal ngangkut kita ke SZ. Pas lagi ngantri bus, ada ibu2 makelar bus yang nawarin minivan buat kita. Dia bilang punya minivan yang bisa ngangkut kita semua ke SZ dan kita bakal diturunin di depan hotel. Dengan pertimbangan kita bisa langsung turun di depan hotel, akhirnya kita tertarik dengan tawaran ibu tersebut. Apalagi biaya yang diminta sama dengan biaya naik bus resmi.

Jadi aja kita ber-12 digiring sama ibu tersebut ke pintu keluar bandara dan disuruh nunggu disana. "Wait for 10 minutes" katanya. Walaupun gw sebut ibu2, tapi itu ibu modis abis. Pake sepatu hak tinggi, stoking hitam dan rok rada pendek. Gaya lah pokoke.

Tunggu punya tunggu, udah lewat setengah jam, belum juga ada minivan yang nongol. Akhirnya y'er nanya lagi ke ibu itu. Dia bilang "wait for 5 minutes". Oke deh...kita tunggu lagi.

Ga lama, sebuah mobil kayak avanza nongol. Waks.

Kita protes donk, mana muat nih. Iya sih 7 orang mungkin muat di jejalin masuk ke mobil. Tapi koper kita yang segede2 gajah ini gimana? Paling banyak tuh mobil bisa ngangkut 4 koper gajah doank.

Si ibu maksain kita supaya naik dulu. Dia bilang kalo 2 menit lagi mobil kedua bakal dateng. Kita ngotot ga mau naik sebelum mobil satu lagi tiba.

Tunggu punya tunggu 15 menit kemudian mobil kedua dateng. Minivan? Hohoho...bukan, mobil kedua yang dateng adalah sejenis taksi sedan. Gubraks.

Mana muat laaaah.

Gilanya lagi itu si ibu maksain kita naik sambil bilang kalo tempatnya cukup. Ampuuun....nipu kok ga pake mikir ya.

Akhirnya kita batalin. Si ibunya marah2. Biarin dah, lha wong speck yang diajukan ga sesuai perjanjian awal. Kita juga kan kesel tuh, udah satu jam-an wasting time gara2 janji palsu si ibu.

Balik lagi kita ngantri bus di konter resmi bus buat ke SZ. Pas udah mau beli, kita nanya bus nya bakal stop di mana. Daaaan....itu petugas yang bahasa inggrisnya parah banget, pada ga ada yang bisa ngasih tau kita, dimana bus ke SZ bakal berhenti. Nah loh?! Bakal nyasar malem2 nih di SZ.

Diskusi lagi, akhirnya diputuskan kita batal ke SZ naik bus. Kita bakal naik kereta api dari Guangzhou East Railway Station ke SZ. Di SZ keretanya bakal berhenti di Lohu St. Nah dari sana relatif gampang kalo mau nyari hotel tempat kita nginep.

So berangkatlah kita naik subway menuju Guangzhou East Railway st. Disana, sempet nyasar dan keluar di exit yang salah. Tapi untungnya pada akhirnya bisa ketemu tempat beli karcis kereta yang benar.

Selagi ngantri tiket kereta, gw membuktikan dengan mata kepala sendiri betapa tidak teraturnya antrian orang2 di GZ. Pas petugasnya lagi sibuk ngeladenin kita  beli 12 tiket, ada dua orang yang berusaha nyerobot gw. Ampuuun dah....

Sengaja kita pilih tempat yang first class, dengan pertimbangan males riweuh lagi kalo tempat duduk ternyata bermasalah, dan mudah2an tempat buat bagasi lebih banyak. Kenyataannya, yang namanya kereta biar namanya kelas satu juga, tetep aja tempat bagasinya terbatas, cuma segitu2 aja. Tapi syukurlah akhirnya koper2 kita yang gede2 itu berhasil di selip2in diantara bangku. Dan kita bisa duduk dengan tenang selama perjalanan menuju SZ.

Begitu nyampe Lohu st di SZ, kita mesti berjuang lagi dengan koper2 kita yang gede, naik subway ke Laojie st yang ga terlalu jauh. Untungnya ada lift di Laojie st yang bisa ngangkut kita dan koper ke atas. Dan syukurlah lagi, hotel Sunon Shenzhen yang dipilih oleh temen2 gw, ternyata lokasinya bener2 di sebelah Laojie st. Ga pake nyasar, kita langsung sampe di lobby hotel.

Jam udah menunjukkan sekitar pukul 9 malam lewat waktu SZ ketika akhirnya gw masuk ke kamar, sibuk mencari wifi dan ngirim kabar ke tanah air kalo gw udah nyampe dengan selamat di shenzhen.

Badan udah mau rontok rasanya.
Padahal baru hari pertama nih.
Gawat.
:)

Kamis, 05 Maret 2015

Antara Guangzhou & Bandung

Akhir maret ini gw ada seminar lagi di guangzhou.
Temen2 jalan gw pada ikut. Selain guangzhou, mereka juga ngerencanain buat singgah sebentar di shenzen dan hongkong. Gw juga ikut.

Awalnya gw ga minat, tapi berhubung registrasi seminarnya kalau di rupiahkan teramat sangat murah buat ukuran seminar se asia pasifik, gw jadi ikutan.

Dan niat gw kali ini murni buat mencari ilmu.
Menebus dosa, di seminar2 dulu banyakan jalannya sih.

Entah kenapa, gw kehilangan semangat buat pergi ke guangzhou.

Sebelumnya tiap mau berangkat minimal 6 bulan sebelumnya gw udah bikin perencanaan dengan matang. Peta lokasi udah gw hafal, jalur transportasi udah diluar kepala, dan berbagai lokasi yang mau didatengin pun udah terdata dengan rapi. Bahkan baju2 yg mau di angkut pun udah gw rencanakan dengan seksama.

Lha sekarang, nama hotel tempat gw nginep aja gw ga hafal. Lokasinya di mana gw blm cari tau. Mau ngapain d sana pun juga gw ga tau. Sampe sekarang sih, niat gw cuma mau belajar. Ga jalan2 juga ga apa2 deh.

Buat belanja katanya guangzhou surganya. Tapi ga tau kenapa gw kehilangan minat. Mungkin karena ada pikiran kalo apapun yang di jual di guangzhou bakal bisa gw cari di mangga dua jakarta. Apa sih di mangga dua yang ga made in china? :p

Dan sekarang tinggal 2 minggu lagi sebelum berangkat. Visa blm di tangan, printout peta lokasi dan transportasi masih blm ada. Pengetahuan tentang guangzhou pun masih 0,01% kyknya.

Bahaya nih, dengan kondisi kaya' sekarang, kalo nyasar di sana gw berpotensi bisa ilang.

Parahnya lagi gw lebih semangat buat berangkat ke bandung. Ada "sesuatu" yang lagi gw buru di sana. Dan sepertinya proyek berburu sesuatu di bandung saat ini terasa jauh lebih menyenangkan dibanding merancang acara jalan2 di guangzhou.

Tapiiii...tiket sudah di bayar, hotel sudah di pesan, dan visa sedang dalam perjalanan buat di pegang. Jadi kyknya gw emang udah harus mulai mencari sedikit ilmu tentang guangzhou, shenzen dan hongkong. Proyek perburuan di Bandung harus di kesampingkan dulu sampai acara seminar gw selesai.

Mari mulai ber google ria.





Kamis, 26 Februari 2015

Ketika Mereka Bisa Membaca

Gw lagi ga  ada art.

Yg lama kemana? Well, setelah setahun bersama, she decided to quit on Pebruary. Her fiance from Bahrain is about to come to Indonesia and they' re going to marry. Yeayyy...

Okeh, lets skip the "happy ever after cinderella's ending". Lets focus on the consequences.

Gw jadi kembali terlibat dalam urusan2 domestik semacam menyapu rumah, mencuci piring, membereskan sampah etc etc etc.

Nope, gw ga keberatan sama sekali buat mengurus rumah tangga gw secara langsung. But I do admitt that sometimes it took a lot of time, which I dont always have. Jadinya, waktu gw yang ga gitu banyak di rumah, bakal kepotong buat ngeberesin rumah, yang berarti, waktu main bareng anak2 gw bakal berkurang.

Pada suatu malam, sepulang kerja. Setelah bercengkrama sebentar dengan anak2, gw cepat2 ke dapur dan nyuci piring. Biasanya nih, anak2 gw bakal ribut nyari gw, ikut ke dapur dan mulai rewel menuntut supaya gw cepet main lagi sama mereka.  So gw cepet2 beresin kerjaan gw d dapur.

Satu jam berlalu.

Tanpa interupsi dari putri2 gw.

Gw jadi heran donk, biasanya ga boleh gw d dapur lama dikit aja mereka udah rusuh.

Ketika kerjaan gw udah beres tanpa gangguan, gw masuk mencari mereka. Dan gw mendapatkan pemandangan seperti ini.

Allyssa lagi duduk manis baca buku.
Ga jauh dari kakaknya, audra juga dengan antengnya mencoba mengeja kata demi kata dari buku yang di bacanya.

Melihat mereka duduk manis dan sibuk sendiri, gw jadi tersadar.
Anak2 gw udah beranjak besar.

Entah kenapa, diantara perasaan senang karena mereka udah bisa menemukan aktifitas mandiri tanpa merepotkan orang lain, gw mendadak jadi ngerasa sedih. Yups, I felt a strange unexplain bittersweet melancholy feeling.

Sebentar lagi, perlahan tapi pasti, gw bukan pusat dunia mereka lagi.
Pelan2, mereka ga akan tergantung dengan gw lagi.
Mereka bakal bersiap memasuki petualangan mereka sendiri, mungkin tanpa gw terlibat di dalamnya.
Mereka bakal tumbuh menjadi sosok yang mandiri, seperti yang selama ini gw inginkan dan ajarkan.

Dan entah kenapa, gw masih ngerasa ga rela.

Sepertinya belum lama, ketika gw menatap para bayi kecil mungil itu untuk pertama kalinya dengan perasaan bahagia dan senang, bercampur bingung dan takut.

And now, slowly,  they're slipping through my fingers.

Ah, time....
It really does something to us.