Kamis, 29 Juni 2017

Mendadak ke Kebun Raya

Tumben.

Kapan ke Bogor?
Di salah satu hari di libur lebaran 2017.

Ngapain ke Bogor?
Tugas negara hehehehe.

Emang udah ada rencana mau jalan di sana ya?
Sampai pada detik gw  menginjakkan kaki di Bogor, niat gw cuma serah terima duo-A doank. Kemudian balik kanan langsung naik kereta lagi. Tapi endingnya,  gw malah menyasarkan diri di kebun raya.

Lah, tiket baliknya gimana?
Dengan sadar diri, gw menghanguskan tiket kereta yang amat sangat berharga di musim libur lebaran ini.

Kok ke Kebun Raya?
Pengen aja. Belum pernah juga sih.

Sama siapa, hayo?
Sama anak2 donk pastinya.

Bertiga doank?
Ya enggak lah.

Bukannya di sana rame kalo musim libur ?
Yaps, bisa dipastikan padatnya lumayaaaaaan buangeeeet. Namanya juga lebaran. Tapi karena nyampenya agak pagi, mendingan lah, sempet mengalami masa2 sepi.

Ngapain disana?
Standar aja kok, ngecengin pohon2 gede sekalian numpang narsis dikit. Piknik sebentar di pinggir kolam. Ga lupa juga melatih otot2 kaki dan memaksimalkan pembentukan tulang dengan bantuan sinar matahari nan terik. Ikut antri dengan tertib di beberapa tempat, sesuai prilaku wisatawan yang terpuji. Serta turut berpartisipasi pada kemajuan koperasi setempat dengan membeli es krim dan beberapa souvenir mungil.

Trus pulangnya naik kereta lagi?
Enggak. Ga kebagian tiket

Sewa mobil?
Skip, ignore. Harga sewa di musim libur ini amat sangat terlalu. Ga masuk akal (dan dompet) gw.

Jadi? Gimana caranya pulang?
Selalu ada Moset sebagai alternatif kembali ke kota gw.

(Moset = mobil setan = angkot mungil berhidung pesek, yang baru akan bergerak  jika penumpang telah berhasil ditumpuk bak pisang sale dengan ketentuan 4  orang dewasa perbaris, dimana kecepatan rata-rata tiap mobil berkisar di angka 80-100km/jam saat melintasi jalan kecil bukan tol yang padat, ditunjang dengan fasilitas andalan angin sepoi-sepoi.)

Hahh?  Ga cape'? Ga' ngeri?
Dijamin cape' bin ngeri atuhlah.

Kok nekat  sih jalan2 dadakan?  Bukannya bikin badan kesiksa?
Some people might say I'm stupid.
But I have my own reason.

Because, some moments = priceless.

Sabtu, 31 Desember 2016

Hari Terakhir 2016

Sore ini, mumpung lagi ga ada yang membutuhkan gw, mari meluangkan waktu sejenak melihat ke belakang. Mengamati 2016 yang sebentar lagi berlalu.

Gw membuka tahun 2016 dengan terdampar sendirian (literally alone)  di rumah. Malam pergantian tahun gw lewati dengan maraton nonton interstellar, how to train your dragon, attonement, catching fire dan entahlah apa lagi, di tv kabel. Di tahun ini juga,  obsesi gw ke para tokoh  trilogi hunger games  (book version, off course) tumbuh dengan subur. Obsesi  ga jelas ini baru punah mendadak di awal oktober, ketika ada masalah nyata yang lebih penting yang harus menyita tenaga dan emosi gw.

Kenapa gw bisa terdampar sendirian di rumah? Karena seluruh anggota keluarga  gw yang lain berangkat ke ibukota buat melepas adik gw sekeluarga mewujudkan salah satu impian mereka, menetap sementara di negara empat musim. And that means,  gw kehilangan tempat menginap gratis sementara di Jakarta sepanjang tahun 2016. Yang berujung frekuensi gw ke Jakarta jadi menurun drastis. And that also means, lebaran  di tahun  2016 ini bakal teramat sangat sepi.

Sadar diri bahwa apapun yg gw lakukan ga bakal bisa mengobati kesepian dan kekangenan anak2 gw dengan para sepupunya, maka gw dengan sadar penuh menyerahkan anak2 ke tangan papa mereka selama lebaran. They have the rights to know all of their entire family, from  both sides. They also deserve to feel happy, not lonely on lebaran's day. So for the first time, gw merayakan lebaran tanpa anak2 gw.

In the middle of this year, I made a giant leap on my portfolio by decided to buy a new property in Bandung. It's kind of risky decision. But I want it so bad, and what is a life without a little risk? Right? So,  after doing some calculation, the contract was signed. And after that, I work harder than before in order to balance my spent.

Di tahun ini juga gw belajar satu hal penting dan pahit dalam hidup, that  everyone is replaceable, including me. It kinds of hit me right on my face. But I decided not to fall, no matter how hard and hurt it is. I try  to accept and make peace with that condition. 

Yeah...... 2016 is an up and down year for me.

What I learn  from 2016 is that you gotta live with what life had brought. So appreciate everything good that happens to you. Be grateful with what remains and pray for  a better future.  Because you never know what life would bring.

Thank you 2016.
Welcome 2017.
Be kind to me please....

And now, bring it on.

Bismillah.....

Selasa, 18 Oktober 2016

Gw pikir....

Broken heart is suck. Dengan sadar, gw memilih buat pergi.
I thought I'll be fine.

Tapi kemudian beberapa hal terjadi.

Pertama kali dalam hidup gw, gw ga bisa tidur semalaman. Gw cuma bolak balik gelisah, tapi mata gw tak kunjung menutup. Besoknya, gw terkapar seharian d atas kasur seperti ayam sakit.

Nafsu makan gw menurun drastis. Gw makan sehari sekali juga udah syukur. Itupun gw paksain supaya gw punya tenaga buat ngelakuin aktivitas gw.

Berhari2, tekanan darah gw naik tak tentu arah. Heart rate gw di atas 100. Kepala gw pusing bukan main disertai keinginan mau muntah. Untuk kedua kalinya (pertama kali pas jalan di seoul dulu) gw menyerah, istirahat ta' kunjung menurunkan TD gw. Gw akhirnya menelan pil antihipertensi.

Di tengah2 pemeriksaan pasien, benak gw berbisik
"Oh, ini pasien sakit xxx. Gw bakal kasih obat z dan y. Seminggu jg bakal beres kyknya............
See, I could help my patient. I'm a good person. WHY THE HELL CANT YOU APPRECIATE ME!!!!!"

Dan kemudian....air mata gw menetes.
Dan gw harus keluar ruangan sebentar in the middle of the examination buat menenangkan diri. Diiringi tatapan heran pasien dan asisten2 gw.

Saat itulah, gw sadar.
Gw bukan cuma sekedar patah hati.
Gw hancur berkeping2.

I'm not fine.
At least, not now.

Sabtu, 15 Oktober 2016

The Final Answer

Ada satu doa khusus yg gw panjatkan saat gw mengelilingi ka'bah dan di raudoh, saat umroh dulu. Doa yang sama gw selipkan di tiap sholat  selama gw d sana. Gw berdoa untuk sesuatu yang amat sangat gw harapkan dalam hidup .

"Jika baik untuk kami ya Rabb, tolong tunjukkan jalannya. Tapi jika memang tidak, tolong ikhlaskan hamba-Mu ini buat menerimanya. "

Tahun berlalu, dan gw tak kunjung mendapatkan jawaban atas doa gw. Gw mulai skeptis, apriori. Rasanya gw sudah meminta dengan sepenuh hati, kenapa belum ada petunjuk juga? Gw bahkan, dengan emosionalnya,  mengungkapkan kekecewaan gw atas ketidakjelasan permohonan gw di depan temen2 gw waktu night cruise d guangzhou.

Waktu kembali berlalu.

Semua berjalan seperti biasa. Dan, tiba2, saat gw pikir semuanya baik2 saja, Tuhan kembali menunjukkan kebesaran-Nya. Malam ini jawaban itu datang, seterang benderang matahari yang bersinar.

Jawaban dari permintaan gw adalah TIDAK.

Dan gw mencoba menerimanya dengan lapang dada.
Ketetapan-Mu adalah yg terbaik ya Rohman ya Rohim.

Minggu, 09 Oktober 2016

Dear one....

You called me this morning. And you told me that you have your doubts in your mind. Whether you want to stay with me on this difficult heavy rocky roads or should you just move on to someone else, start a brand new life. And to be honest, both of us could see how tempted and easy the later road is.

Dear one....
Staying with me wont be easy. You've known me for years. You already see me at my best and my worst. By now, you must have known that I have a high standard on mylife. And I do not fear hardwork to achieve that. I could be really stubborn and annoying sometimes. And at my worst, it so easy to evoke anger from me.

I'm far from perfect. I know it and already accept myself the way I am. I've tried my best to turn myself into a better person though sometimes I failed miserably.

If I were your friend, and you asked me the same above question,  I might suggest you to move on forward and find another amazing person. There are so many dozens women out there that will suit you. And you'll be able to start a new happy family and put your past behind.

But I am selfish. I still want you to notice and adore me only. So I cant tell you to leave me alone and have your own life. Or maybe both of us are selfish and afraid. So we keep hold on and stick to each other in this lonely rough road. Though the ending is still so dark and difficult to predict.

I love you.
There is no way I would deny this feeling.
No matter how bad you treated me, no matter how often you dissapointed me, I keep fall in love with you.

I do care of you. And I realize that we only live in this life once. And I'm not going to be a person who prevent you to find real happiness in this precious life. No. I determine NOT to be that kind of person.

It's your call now.

If you think that "us"  is worth enough to be struggled with, then I'll be by your side and fight with you. But if you think, it isn't, then I'll retreat myself and silently disappear from your life.

I may feel angry, betrayed, dissapointed and sad. I may say nasty words at first. But you and I know me so well. We both know that at one point,  I will accept your decision and continue my life. And I'll be allright.

So please think about it carefully.  And please notice that I do have the same "fears and concerns", just like you. Dont be afraid to break and hurt me. You've done that once, and I come back just fine.  We both agreed to try our second chance. If it failed, then it meant to failed. It would be the end of it. Not another chance.

It takes 2 persons commitment to build this relationship. And when 1 person un-willing to continue, there is no way the other one can do to make it works.

So,  take your time and make up your mind. Then tell me, please..... I need to know where I stand now.

Thank you.

Sabtu, 31 Oktober 2015

My perfect children

Senin lalu, setiba dirumah, gw mendapati allyssa lagi nonton tv dengan murung.

"Ma, mama jangan marah ya. aku dibatalin ikut lomba menggambarnya" kata allyssa

Gw kaget.
Seminggu sebelumnya gw diberitahu oleh gurunya kalo allyssa dan audra bersama dengan satu orang lagi teman mereka diikutkan lomba menggambar dan mewarnai mewakili sekolah mereka dalam rangka gebyar muharam yang diadakan suatu sekolah. Selama seminggu terakhir, tiap siang sepulang sekolah, mereka dapat pelajaran menggambar dan mewarnai tambahan selama 1 jam.

"Lho?! Kenapa bisa gitu? Memang gurunya bilang gimana?"

"Iya, ustazah bilang, aku sama de' audra udah kebanyakan les diluar sekolah. Jadi kasihan kalo ikut tambahan les lagi. Jadi aku sama dede' di batalin ikut lombanya. Ustazah bilang kalo aku mau ikut lomba boleh aja, tapi ikut sendiri, ga mewakili sekolah" jelas allyssa murung.

Gw langsung donk menuntut penjelasan ke eyangnya. Ternyata eyangnya juga ga diberitahu apa2 oleh gurunya. Tapi sepertinya keputusan tersebut diambil oleh guru2nya berdasarkan hasil lomba menggambar yang diadakan di internal sekolahnya dua hari yang lalu. Anak2 gw ga ada satupun yang berhasil menyabet piala menggambar. Kemampuan menggambar dan mewarnai mereka masih kalah sama teman2nya yang lain. Tentu saja guru2nya berubah pikiran dan memutuskan mengirim para juara 1 sd 3 buat mewakili sekolah.

Keputusan yang sangat logis. Tapi, kenapa juga ga dari awal mereka nunggu hasil lomba menggambar dan mewarnai baru mengumumkan siapa2 aja yang mewakili sekolah. Kenapa mesti melibatkan anak2 gw, memberi mereka harapan, menambah jam pelajaran dan trus mendadak dibatalin begitu saja lewat si anak dengan alasan yang keliatan banget dicari2.

Gw terus terang kecewa dengan sikap guru2nya. Menurut gw kok ga bijaksana sekali.

Dan yaaah, anak2 gw juga kecewa. Gw tanya ke allyssa dan audra mereka masih mau ikut atau enggak? Mereka berdua bilang masih tetap mau ikut lomba, maka gw daftarin mereka buat lomba.

Maka, dengan sisa waktu 4 hari sebelum lomba, gw yang ga punya bakat menggambar atau mewarnai (apalagi melukis) ini, bertekad untuk maksimal melatih anak2 gw menggambar dan mewarnai.

Never underestimate the power of emak2 yang sakit hati!

Dimulai dengan mengutus eyang nini buat mendaftarkan anak2 ke panitia lomba gambar. Dari sana kita jadi tahu tema lomba adalah"religi", yang maknanya bisa luas sekali. Trus kita diberitahu kriteria penilaian adalah ide, komposisi warna, komposisi bentuk dan kreatifitas.

Beres dari sana gw mulai berburu crayon buat di pake. Saran dari keponakan gw yang udah biasa ikut lomba mewarnai dan menang, "Pakai merk faber castle aja tante, warnanya bagus buat dicampur, dan ga keras". Oke ceci, tante ikut sarannya. Syukurlah, gw berhasil ketemu satu2nya faber castle 60 warna yang masih tersisa di toko buku di kota gw. Paling enggak bisa di pake allyssa. Gw nyari satu lagi buat audra. Dan seluruh toko buku besar dan atk di kota gw udah gw kelilingin, ternyata ga ada yg jual. Yasut de', terpaksa pake crayon Dong-A aja ya, warnanya juga lengkap kok.

Sisa waktu sepanjang perjalanan ke tempat kerja gw pake buat browsing dan belajar tentang gimana cara bikin warna gradasi, melototin gambar2 pemenang lomba gambar di internet, dan belajar tutorial menggambar di youtube. Dirumah, gw membongkar buku2 cerita anak2 dan mencari ilustrasi gambar yang menarik, buat bahan inspirasi mewarnai.

Pada saat lagi nyetir sendiri, pikiran gw sibuk menggali ide buat menterjemahkan tema religi diatas kertas. Yang terpikir disemua orang jika mendengar tema religi, pasti menggambar mesjid, atau aktivitas keagamaan seperti sholat, membaca quran. Awalnya, dalam usaha supaya bisa mendapatkan poin lebih di penilaian ide dan kreatifitas, gw  mencoba melawan arus. Menolak membuat sketsa gambar yang terlalu mainstream seperti lambang2 religi diatas.

Gw berdiskusi dengan allyssa, gimana kalo sketsa gambarnya nanti seorang anak berkerudung yang lagi menyelam di dasar laut sambil mengagumi ciptaan Tuhan. Allyssa setuju, karena dia bakal bisa menggambar mutiara yang cantik, yang udah direncanainnya bakal diwarnai pake crayon pink. Tapi eyang2nya pada geleng2 kepala. "Kurang keliatan makna religi nya" komentar mereka.

Gw banting setir dan berusaha mengambil cerita2 nabi buat dijadiin sketsa. Gw ngusulin ke allyssa buat ngegambar nabi Musa AS yang lagi membelah laut merah dengan tongkatnya. Setelah di coba digambar, ternyata kita kesulitan ngewarnai lautnya. Opsi sketsa cerita nabi Musa pun batal.

Akhirnya gw nyerah dan mengikuti pakem standar. Bareng allyssa  gw ngerancang sketsa anak dan ibu lagi membaca al quran dengan latar belakang mesjid di malam hari yang bertabur bintang. Buat audra, kita bikin sketsa standar, dua orang anak berkerudung sedang pergi mengaji ke mesjid.

Karena waktu gw cuma sedikit, gw berusaha keras supaya dalam kurun waktu 4 hari tersebut gw bisa pulang ke rumah dengan cepat. Gw menunda sejumlah operasi dan memperpendek waktu praktek, supaya gw bisa turun tangan langsung dan melatih mereka menggambar dan mencampur warna.

Sesi belajar gw dengan anak2 ga bisa dibilang lancar. Diwarnai perselisihan, wajah  cemberut dan airmata.  Sebagai guru, gw adalah guru yang sangat berdedikasi dan tegas alias galak di mata anak2 gw. Gw ga segan2 memarahi mereka kalo ga serius mewarnai. Gw menetapkan standar yang tinggi ke mereka.

Allyssa dan audra mulai misuh2 kalo gw udah memanggil mereka buat mewarnai. Sehari sebelum lomba, Audra bahkan berkata begini ke gw, "Ma, kalo lombanya udah selesai, kita jangan ngewarnain lagi ya".

Gw rada tercekat ngedenger komentar audra. Apa gw sedemikian galaknya sampe mereka jadi ga menikmati latihan dan membenci kegiatan menggambar dan mewarnai ya? Sorry dear kids, tapi kalo kita udah memutuskan buat ikut lomba, kita harus berusaha semaksimal yang kita bisa donk.

Hari perlombaan tiba. Gw harus kerja sehingga ga bisa nganter mereka. Gw baru tiba di tempat lomba setelah separo waktu lomba berjalan.

Dan, pemandangan di tempat lomba lukis anak2 bikin hati gw mencelos. Ada anak yang mengeluarkan kuas besar buat menyapu permukaan gambarnya. Hampir tiap anak membawa dua alat lukis yang berbeda. Satu crayon, satu lagi semacam pensil warna. Malah ada yang bawa 2 set crayon dan  2 set pensil warna. Belum lagi alat kerik berbagai motif dan pilox aneka warna. Sementara anak2 gw cuma dibekali satu macam crayon dan pilox snowman putih buat bikin  bintang2.

Gw duduk dipinggir supaya bisa ngeliat anak2. Daaan, jelas sekali terlihat, betapa tidak konsentrasinya anak2 gw. Allyssa dan audra berulang kali melihat ke sekitar, bengong dan lupa buat mewarnai. Beberapa kali mereka berdua memandang gw dengan pandangan memelas dan bibir mereka mengeluarkan kata cape'. Sementara, para peserta lain  di sekitar mereka dengan tekun dan asyiknya melanjutkan pekerjaan mereka dengan penuh konsentrasi.

Siapapun bisa menilai, anak2 gw sama sekali tidak menikmati aktivitas menggambar dan mewarnai ini.

Gw melihat ke arah 3 orang teman2 allyssa yang dikirim mewakili sekolah. Semuanya mewarnai dengan tekun, hasil gambar mereka rapi dan bagus. Guru2 sekolah allyssa dan audra mendekati ketiga anak tersebut dan memotret gambar mereka satu per satu.  Gambar anak2 gw ga di foto sama sekali. Gw seolah dipaksa menelan pil pahit. Mereka memang jauh lebih unggul dibanding anak2 gw dalam bidang mewarnai. Mereka memang pantas dikirim mewakili sekolah.

Gw memandang ke anak2 gw. Trofi juara jelas ga bakal diraih oleh satupun dari mereka. Gw cuma berharap, audra ga bakal ngambek di tengah jalan karena kecapen dan bisa mewarnai gambarnya sampai selesai. Ga rapi juga gpp, yang penting bisa diwarnai semua. Allyssa cuma gw harapkan bisa mewarnai serapi yang dia bisa.

Kelar lomba, gw ga bisa menahan kekecewaan gw. Buat audra, yaaah gw memang ga berharap apa2. Tapi di allyssa, gw meletakkan banyak harapan. Pembuktian ke guru2nya  bahwa dia bisa menggambar dan mewarnai. Dengan sedih gw mengungkapkan kekecewaan gw ke allyssa. Kalo mau, sebenernya dia bisa merapikan gambarnya jadi lebih baik. Allyssa yang sepertinya ngerti kalo gw kecewa berat, ikut nangis.

Malam harinya gw merenung. Dari awal gw sudah sangat tahu, anak2 gw suka menggambar, tapi mereka sama sekali ga suka mewarnai. Pada waktu awal diberitahu mereka bakal diikutkan lomba menggambar dan mewarnai pun gw sudah rada heran. Karena gw tahu betapa sukanya mereka menggambar dan betapa tidak suka nya mereka dengan aktifitas mewarnai. Kenapa gw mesti ngotot anak2 gw harus bisa mewarnai. Kenapa gw ga bisa membuka mata dan melihat bahwa ada anak2 lain yang memang menyukai aktifitas mewarnai dan bisa mewarnai lebih baik dari mereka.

Kenapa gw ga berkonsentrasi dengan kelebihan2 mereka yang lain?

Allyssa dan audra bisa menggambar dan membuat komik singkat lewat gambar2 yang mereka buat tanpa beban. Allyssa dan audra bisa membuat karangan yang bagus tentang pengalaman sehari2  mereka di buku harian. Allyssa bisa membaca not balok dan memainkan lagu my bonnie menggunakan kesepuluh jarinya diatas piano. Sementara Audra memainkan lagu bingo dengan lancar sesuai ketukan irama. Allyssa bisa membaca surat al bayyinah dengan fasih saat menjadi imam sholat maghrib bagi adiknya. Dan audra berhasil menghafal surat al maun dalam satu malam dengan caranya sendiri.

Allyssa dan audra yang selalu mencium tangan gw sebelum pergi sekolah. Allyssa dan audra yang selalu mengantar gw pergi kerja di sore hari sambil berpesan supaya gw cepat pulang.  Apalagi yang gw harapkan? They're perfect in their own way.

Minggu lalu allyssa pulang dengan membawa piala juara kedua lomba puisi di sekolahnya. Audra pun ga mau kalah, pulang dengan membawa dua piala, juara dua lomba hafalan quran dan juara kedua lomba puisi. Gw cuma memuji mereka seadanya, dan mulai berkonsentasi untuk persiapan menaklukkan lomba mewarnai.  Aktifitas yang (dari dulu juga gw tahu) tidak terlalu disukai anak2 gw.

Alangkah egoisnya gw.

Betapa tidak pandai bersyukurnya gw.

Kedua putri gw sudah memberikan yang terbaik yang mereka bisa. Sementara gw cuma menjadi ibu yang terus menerus menuntut mereka jadi yang terbaik di segala bidang. Lebih parah lagi, dalam kondisi sekarang, gw habis2an mempersiapkan mereka buat ikut lomba menggambar dan mewarnai karena dorongan sakit hati ke guru2 mereka.

Alasan ikut lomba yang bener2 menyedihkan.

Kedua putri gw pasti ngerasa tertekan selama seminggu terakhir ini.
Maafin mama ya nak.

Tiba2, saat gw lg menyesali diri sambil memandangi anak2 gw yang tidur siang. Hp gw berbunyi. Masuk sms dari salah satu guru allyssa.

"Alhamdulillah, selamat buat allyssa, juara 2 lomba menggambar dan mewarnai. Terimakasih sudah mewakili sekolah. Terima kasih bunda sudah banyak mendukung. Selamat ya."

Dan gw langsung nangis.

Bukan, bukan karena gw senang anak gw dapet piala. Bukan juga karena rasa puas sudah berhasil mengalahkan anak2 satu sekolah dan berhasil membuktikan ke guru2nya bahwa anak gw ga bisa dipandang sebelah mata. Melihat teman2 satu sekolah allyssa yang dikirim, gw sangat maklum kenapa keikutsertaan anak2 gw dibatalkan. Sebagai guru, gw mungkin akan melakukan tindakan yang sama. Cuma cara membatalkannya aja yg gw kurang berkenan.

Gw nangis karena rasa bersalah gw ke anak2 gw semakin berlipat ganda. Mereka sudah berusaha semampu yang mereka bisa.  Para juri pun mampu melihat usaha putri kecil gw dan mengganjarnya dengan piala kemenangan. Tapi gw selaku ibunya, orang yang paling dekat dengan mereka, terus menerus tidak puas dan menuntut. Gw bahkan memperlihatkan kekecewaan gw dengan jelas seusai lomba kemarin ke allyssa.

Jadi, sewaktu allyssa bangun, gw tunjukin sms dari gurunya. Dan gw memeluknya sambil menangis, meminta maaf atas keegoisan gw yang terus menerus  terulang.

Allyssa  cuma tersenyum ringan, "Ga apa2 kok ma. Aku tahu mama cuma pengen gambarku lebih rapi lagi kan, supaya hasilnya bagus".

Ga kok chayank, mama ga pengen apa2 lagi sekarang. Both of you are perfect.

Thank you dear God, for trusting me with these amazing girls.

Jumat, 04 September 2015

Audra, 6 Tahun

Audra kemaren ulang tahun.
Dan gw baru memposting tulisan ultahnya sekarang. Maap ya de, mama sibuk banget kemaren2.

Tadinya, gw berencana bikin pesta ultah buat Audra. Soalnya dia kan ga pernah dirayain ultahnya. Audra dan Allyssa excited pas gw kasih tau tencana gw. Tapi setelah diskusi sama eyangnya dan berpikir ulang, gw membatalkan rencana ngerayain ultah audra secara besar2an. Alasannya? Cukup gw yg tahu dah :(

Kado buat Audra udah jauh2 hari gw beli. Bisa di tebak, gw yang ga kreatif dalam mencari kado ini ujung2nya kembali beli barbie buat kado Audra. Hehehe... Yaah sebenernya karena udah janji juga sih.  Gw beli dua biji, pas lagi seminar di Bandung sebulan yang lalu. Kebetulan juga lagi ada diskon.

Tadinya tuh kado yang belum dibungkus, gw sembunyiin di lemari pakaian eyangnya. Naaah...pada suatu malam, ketika Allyssa sedang mencari gunting kuku di lemari, ga sengaja dia ngeliat dua boneka barbie tersebut. Bisa di duga, dia langsung ngelapor ke adiknya.

Malamnya, pas menjelang tidur, sambil cekikikan girang, Audra bilang gini ke gw: "Aku tau kado ulang tahunku yang dari mama apa. Boneka barbie kan ma, yang pake baju ikan duyung sama yang balerina".

Oh no......! Tahun ini kado kejutan gagal :p

Di hari ulang tahunnya, Audra  bangun lebih pagi, supaya punya waktu buat ngebongkar kado2nya sebelum pergi sekolah. Kita sempet potong tumpeng made by eyang nini dan tiup lilin dari atas nampan kue2 traditional. Hihihi.....tiup lilinnya rada maksa nih. Beres ngebongkar kado tanpa sempet dimainin, Audra harus siap2 buat sekolah.

Dan ini update perkembangan putri bungsu gw yang keinget.

Udah masuk sekolah dasar kelas satu. Sekolahnya sama dengan kakaknya. Awalnya gw rada khawatir Audra bakal kesulitan adaptasi dengan proses belajar di SD mengingat usianya yang relatif masih kecil dan mengingat pengalaman Allyssa yang sempet mogok sekolah tahun lalu. Ternyata eh ternyata, masa adaptasi dia di SD ga bermasalah sama sekali. Belum pernah gw ngedenger dia berkeluh kesah tentang panjangnya jam sekolah. Dia bahkan udah punya beberapa temen deket yang selalu main bareng pas istirahat. Tiap pagi Audra selalu berangkat dengan riang gembira. Syukurlah, gw jadi ga nyesel masukin dia ke SD sebelum waktunya.

Belum bisa bilang huruf "R" secara baik dan benar. Sering dilatih sih, tapi sekarang dia udah rada ogah2an kalo ada yang ngajarin cara ngomong huruf R. Ga apa2 deh, ntar kalo udah saatnya insya Allah bisa ya de'.

Sama tv relatif netral. Suka nonton tapi ga semaniak Allyssa. In the middle of acara tv, kalo disela buat ngerjain sesuatu, dia ga keberatan ninggalin acara yang lagi ditontonnya. Serial tv yang lagi dia suka adalah "Sheriff Kelly" yang tokoh utamanya kucing betina yang jadi sheriff dan tentu saja, "Sofia the first" donk.

Miaw, si boneka kucing kecil yang udah rada bulukan itu,  masih menempati peringkat pertama sebagai kesayangan Audra dari segala macam boneka dan mainan yang dia punya. Kalo si miaw ini nyelip ga keliatan, Audra bisa kelimpungan sampe nangis. Gw rada bingung dengan kedekatannya sama miaw ini. Apa dibiarin aja, atau sekarang udah saatnya memutuskan keterikatan batin Audra sama miaw, atau gw harus menunggu sampe dia agak lebih besar ya.

Ngaji masih iqro' 3. Tapi Audra lumayan rajin sholat.  Beberapa kali dia bangunin gw jam 3 pagi, nanyain ini udah waktunya sholat subuh atau belum. Selama bulan puasa kemaren dia dan kakaknya nyaris tiap hari ikut taraweh di mesjid. Dan bener2 sholat, bukan ikut lari2an kaya' beberapa anak disekitanya. Memang sih sholatnya belum sempurna, kadang2 malah suka lupa apa yang harus dibaca. Tapi semangatnya bener2 deh. Kadang eyangnya yang lagi sibuk di dapur ditarikin sama dia buat nemenin dia sholat.

Udah lancar baca tulis. Bahkan serial WHY juga dilalap sama dia. Bahasa Inggris juga alhamdulillah lumayan pesat buat seumuran dia. Udah bisa merangkai kalimat sederhana dalam Bahasa Inggris kalo gw lagi iseng ngajakin ngobrol. 

Lagi seneng sama lagu2nya Les Miserables. Hehehe...ini gara2 pengaruh gw juga sih, yang lagi ngefans berat sama lagu2 dari movienya yang versi 2012. Gw pikir anak2 ga merhatiin, tapi beberapa hari setelah gw rajin mainin "Do you hear the people sing" di piano, Audra mulai ikut menyanyikan lagu tersebut. Dan ternyata berlanjut ke lagu2 Les Miserables lainnya. Bahkan kalo di mobil, kita bertiga terbiasa nyanyi "One Day More" secara ganti2an. Gw jadi Marius, Enjolras dan Javert, Allyssa jadi Cossette dan Thenadiers, Audra jadi Valjean dan Eponine. Hihihi..... Seinget gw, pas masih kecil dulu yang gw dengerin kaset2 sandiwara anak versi sanggar cerita, setingkat   Cinderella, Pinokio dan Arie Hanggara. Sekarang, anak2 gw udah berkenalan dengan sandiwara musikal sekelas broadway :p

Udah lumayan mandiri dalam kegiatan mengurus diri sendiri. Mulai dari mandi, makan, berpakaian dan urusan kamar kecil udah bisa dilakukan sendiri. Cumaaaa.....kalo lagi kumat ya gitu deh, "Pokoknya, mau sama mama!"

Makannya buanyaaak. Udah gitu, gampang ngiler kalo ngeliat orang lain makan. Cita2nya dalam bidang kuliner adalah "Kalo aku udah besar, aku pengen bisa makan cabe kayak mama", hwahahahaha....  Makanan sih relatif ga pilih2. Seperti anak2 pada umumnya, Audra ga suka sayur.  Tapi kalo lagi kepengen, ketimun atau karedok bisa dilahap  habis sama dia. Kalo buah, suka yang rada asam. Stroberi yang asem kayak gimanapun juga pasti abis dimakan Audra. Mangga juga pasti nyari yang ada asam nya.

Up to now, cita2 dede' Audra cuma satu: pengen jadi penyanyi. Gw ga ngerti dia dapet pikiran dari mana sampe bisa punya cita2 jadi singer gitu. Emang suara Audra kalo lagi nyanyi bagus? Selaku ibunya, jawaban gw adalah : tentu donk, suara Audra ditelinga gw paling merdu sedunia. Tapi selaku wanita profesional yang rasional, jawaban gw adalah: hehehe.... suara Audra standar aja kok, seperti anak2 lain kalo lagi nyanyi. Cita2nya jadi penyanyi ini pada waktu awal2 les piano sempet bikin masalah. Audra protes, "Aku kan pengen jadi penyanyi, bukan pemain piano, kenapa aku harus les piano?". Bentuk komprominya, les piano Audra diselingi dengan dia nyanyi beberapa lagu diiringi guru pianonya.

Sering berantem sama kak Allyssa donk. Sehari bisa berantem lebih dari sekali. Penyebab berantemnya juga kadang2 ga penting banget, misalnya cuma gara2 tangannya kesenggol kakaknya. Tapi kalo kakaknya lagi di marahin, Audra bakal jadi pembela pertama buat kakaknya. "Mama ga boleh marah sama kak Allyssa, kak Allyssa itu kan ga sengaja ma!".  Yaps, walaupun kadang kala kayak kucing ketemu doggie, mereka berdua bersahabat erat kok.

Kalo menjelang tidur pasti  salah satu tangan kecilnya ngeraba baju gw, trus d pegang2. Istilahnya Audra, "Aku mau kulik2 baju mama". Sampe sekarang sih kalo tidur malam mesti di temenin. Masih ga mau bobo' sendiri.

Dan tentu saja, ada saat2 dimana tangan mungilnya bakal merangkul gw saat menjelang tidur, seraya berkata "Aku sayang mama".

Gw akan balas memeluknya, "Mama juga sayang Audra".

And my precious one would reply " Aku lebih sayang lagi, lebih tinggi dari matahari".

Ah, Audra dear, if only you knew how much I love you. Mama love you more than words could describe.

Happy Birthday  dearest Audra.