Tumben.
Kapan ke Bogor?
Di salah satu hari di libur lebaran 2017.
Ngapain ke Bogor?
Tugas negara hehehehe.
Emang udah ada rencana mau jalan di sana ya?
Sampai pada detik gw menginjakkan kaki di Bogor, niat gw cuma serah terima duo-A doank. Kemudian balik kanan langsung naik kereta lagi. Tapi endingnya, gw malah menyasarkan diri di kebun raya.
Lah, tiket baliknya gimana?
Dengan sadar diri, gw menghanguskan tiket kereta yang amat sangat berharga di musim libur lebaran ini.
Kok ke Kebun Raya?
Pengen aja. Belum pernah juga sih.
Sama siapa, hayo?
Sama anak2 donk pastinya.
Bertiga doank?
Ya enggak lah.
Bukannya di sana rame kalo musim libur ?
Yaps, bisa dipastikan padatnya lumayaaaaaan buangeeeet. Namanya juga lebaran. Tapi karena nyampenya agak pagi, mendingan lah, sempet mengalami masa2 sepi.
Ngapain disana?
Standar aja kok, ngecengin pohon2 gede sekalian numpang narsis dikit. Piknik sebentar di pinggir kolam. Ga lupa juga melatih otot2 kaki dan memaksimalkan pembentukan tulang dengan bantuan sinar matahari nan terik. Ikut antri dengan tertib di beberapa tempat, sesuai prilaku wisatawan yang terpuji. Serta turut berpartisipasi pada kemajuan koperasi setempat dengan membeli es krim dan beberapa souvenir mungil.
Trus pulangnya naik kereta lagi?
Enggak. Ga kebagian tiket
Sewa mobil?
Skip, ignore. Harga sewa di musim libur ini amat sangat terlalu. Ga masuk akal (dan dompet) gw.
Jadi? Gimana caranya pulang?
Selalu ada Moset sebagai alternatif kembali ke kota gw.
(Moset = mobil setan = angkot mungil berhidung pesek, yang baru akan bergerak jika penumpang telah berhasil ditumpuk bak pisang sale dengan ketentuan 4 orang dewasa perbaris, dimana kecepatan rata-rata tiap mobil berkisar di angka 80-100km/jam saat melintasi jalan kecil bukan tol yang padat, ditunjang dengan fasilitas andalan angin sepoi-sepoi.)
Hahh? Ga cape'? Ga' ngeri?
Dijamin cape' bin ngeri atuhlah.
Kok nekat sih jalan2 dadakan? Bukannya bikin badan kesiksa?
Some people might say I'm stupid.
But I have my own reason.
Because, some moments = priceless.