Selasa, 30 April 2013

Di Madinah

Samar2, masih d antara sadar dan tidak, gw mendengar suara pembimbing melalui mic di bagian depan bus, "Para jemaah sekalian, kita sudah hampir memasuki kota Madinah Al Munawaroh. Di sebelah kiri kita ada mesjid Bier Ali. Itu adalah mesjid dimana nanti kita akan mengambil miqot....". Mata gw langsung terbuka lebar melawan kantuk.

Madinah! Akhirnya gw sampai di Madinah. Kota penuh cahaya yang diberkati kemuliaan. Kota pilihan dimana Rasulullah berdakwah menegakkan agama Islam hingga akhir hidupnya.

Mata gw mulai menyusuri setiap tepi kota yang dilewati bus sampai akhirnya gw bisa melihat menara mesjid Nabawi yang terang benderang d malam hari. Subhanallah...

Di madinah gw menginap d hotel Al Haram. Jaraknya cuma selemparan batu dari pelataran masjid nabawi. Bagian bawah hotelnya penuh dengan berbagai aneka toko. Demikian juga dengan bangunan2 tetangga. Rata2 hotel dengan pertokoan d lantai dasarnya. Malam itu, para pembimbing menyarankan untuk langsung beristirahat d kamar hotel, dan baru nanti jam 3 malam berangkat ke masjid Nabawi untuk sholat tahajud dan subuh bersama.

Jam 3 malam, telp berdering, membangunkan para jamaah buat bersiap tahajud. Gw dan teman sekamar berangkat agak telat. Di lobby udah ga ketemu dengan rekan2 yang memakai syal travel. Yasut, gapapa, Insya Allah bisa ketemu jalan menuju masjid Nabawi. Karena pada waktu dini hari begitu pun, kerumunan orang2 yang berbondong2 jalan menuju ke mesjid sudah terlihat. Gw tinggal ngikut arah mereka. Gw yg belum tahu peraturan terbaru mesjid nabawi sengaja ga bawa hp, daripada takut disuruh pulang lagi. Temen sekamar gw ditengah jalan baru ingat kalo d tas nya ada kamera dan juga hp. Yasut, daripada pulang lagi ke hotel, akhirnya gw bantu nyembunyiin kamera dan hp d ikatan rambutnya.

Pertama kali memasuki mesjid nabawi, yang timbul adalah perasaan kagum atas kemegahan arsitektur d dalamnya. Cuma itu, kagum. Tidak lebih dan tidak kurang. Belum ada perasaan haru yang menyeruak masuk ke dalam hati.

Di hari yang sama pada waktu Dhuha, gw dan rekan2 yang lain mulai mengantri buat masuk ke rawdah. Saat mengantri berdesak2an bersama jamaah dari berbagai travel dan berbagai negara, pembimbing travel gw berkata "Di bagian depan kiri adalah makam Rasulullah, dan disebelahnya adalah makam sahabat rasul, Abu Bakar dan Umar. Sampaikan doa dan ucapan selamat pada beliau, karena kita bisa berada di masjid beliau."

And that was the time when something happened to my heart.

Sambil terbata bata mengucapkan salam kepada rasul dan sahabatnya, seraya mulai mengucap shalawat di dalam hati, air mata mulai menetes di pipi gw.

Betapa gw berterima kasih atas kesempatan yang diberikan untuk bisa beribadah d dalam mesjid Nabawi ini. Betapa gw berharap termasuk dalam barisan manusia yang d beri syafaat di hari akhir kelak.

Dan disinilah, di tengah ratusan manusia yang berdesakan mengantri masuk ke raudah, diantara para muttawif yang mengobrol, diantara teriakan komando para askar, gw berdoa dengan khusyuk, memohon petunjuk dan pengampunan dari Yang Maha Kuasa.

Ketika akhirnya gw menjejakkan kaki di raudah, mata gw sudah penuh dengan air mata. Segera gw melakukan sholat taubat 2 rakaat. Sambil tidak putus2nya memanjatkan doa pada Yang Di Atas. Rasanya belum puas berdialog dengan Nya d Raudah. Tapi teriakan askar yang menyuruh gw keluar menyadarkan gw bahwa sodara2 muslim yang lainpun punya keinginan dan hak yang sama untuk berdoa d Raudah.

Ibadah selanjutnya banyak dilakukan bersama2. Tapi, pada hari terakhir d Madinah, saat teman sekamar gw lebih memilih buat sholat dhuha d kamar hotel, gw berkesempatan buat pergi sendiri ke mesjid Nabawi. Disana kembali gw puas2in curhat dengan Yang Di Atas. Walaupun sadar pahala berjamaah jauh lebih baik, tapi gw kok ya ngerasa lebih tenang dan khusyuk saat beribadah sendirian. Ampuni hamba Mu ini ya Allah kalau Engkau kurang berkenan.

Jujur, gw ga cuma ibadah d madinah. Godaan duniawi udah mulai tampak sejak melangkahkan kaki keluar dari pelataran mesjid. Berbagai pedagang dari berbagai bangsa menjajakan berbagai macam barang menarik d sana. Scarf dan pashmina beraneka warna, jilbab panjang berbagai motif, Al Quran, bermacam2 perhiasan kalung dan gelang murah meriah, tasbih, kopiah, gamis, etc, etc,etc. Belum lagi godaan dari pertokoan d sekitar hotel. Hwaduuuuh!

Dan, inilah beberapa barang yang akhirnya terpilih untuk d angkut ke tanah air. Ada sajadah pashmina motif bunga made in India, hiasan dinding dari kain made in Syria, Al Quran bermotif Ka'bah, Boneka onta yang bisa shalawat (kyknya sih made in china nih), Jilbab panjang merangkap mukenah beraneka motif, dan ga ketinggalan pashmina ringan dengan berbagai motif meriah made in india seharga 5 riyal yang dilempar2 ke udara sama penjualnya d emperan depan pelataran mesjid nabawi.

Selain itu, kita juga d ajak keliling kota madinah. Salah satunya k masjid Quba. Syukurlah, gw pernah membaca tentang keutamaan sholat di mesjid Quba. Jadi aja sebelum pergi gw udah berwudhu d hotel dan berusaha keras menjaga wudhu. Alhamdulillah berhasil, dan bisa lsg sholat d mesjid Quba pas nyampe. Setelah itu kita ke jabal uhud dan kebun kurma. Gw ga beli apa2 d kebun kurma, mengingat pesen dian yang bilang mahaal. Tapi gw puas2in makan kurma segar disana, mumpung gratis, hihihi....

Akhirnya tiba saatnya berangkat menuju Makkah. Dengan berpakaian ihrom, kami mengambil miqot d mesjid Bier Ali. Larangan selama ihrom pun otomatis berlaku. Sebelum naik bus, ustad pembimbing menyempatkan diri memberi tausiyah dan meminta agar para suami istri, ortu anak, saling ikhlas memaafkan sebelum umroh ini d mulai. Derai tangis dan airmata pun mewarnai acara saling memafkan ini. Gw yang cuma sendiri,walaupun ikut bersalaman dan saling bermaafan, ga ikut berpartisipasi menitikkan airmata. Entahlah, pengkondisian buat menangis berjamaah begitu kyknya ga' terlalu "kena" d hati gw.

Kembali duduk d dalam bus dalam kondisi ber-ihrom, gw meninggalkan kota madinah yang tenang, meninggalkan masjid Nabawi yang megah, meninggalkan raudah. Izinkan hamba Mu ini kembali suatu hari nanti ya Rabb.