Senin, 24 Juni 2013

Mulai Nyari SD

Gw lagi pusing.

Tahun depan, Allyssa bakal masuk SD, dan pendaftaran SD biasanya bakal mulai di buka enam bulan ke depan. Pertanyaannya, dimanakah gw bakal menyekolahkan anak sulung gw ini?

Dulu, pas gw baru pertama kali pindah ke kota mungil ini, gw sempet bertanya ke beberapa orang mengenai SD negeri yang bagus. Buat swasta, (waktu dulu) gw ga minat, toh gw juga jebolan SD negeri.

Hasil anamnesis singkat dengan beberapa orang, rata2 menyebutkan SDN CBM D... S.....a adalah SDN paling top di kota ini. Ditambah lagi fakta bahwa beberapa teman sejawat nyekolahin anaknya di SDN CBM ini. Tapiiii, ya itu. Image nya sekolah negeri ya begitulah, ga bisa dibilang bagus. Satu kelas diisi 48an siswa dengan satu guru. Yang pinter ya pinter aja, yang bego ya gitu aja. Yang di ajarin di sekolah ya cuma kurikulum nasional doank.

Seiring waktu, gw kembali mendapat masukan bahwa ada suatu SDIT yang bagus banget. Ga cuma ngajarin pelajaran kurikulum nasional, tapi juga ngajarin moral dan akhlak. Banyak kakak kelasnya Allyssa yang ngincer masuk ke sana. Hasil pencarian gw, tuh SDIT kaya' nya emang lagi naik daun. Bikin gw jadi ngiler juga buat masukin Allyssa ke sana. Tapiiiiii, secara jarak, tuh SDIT lokasinya lumayan jauh. Dan pas gw browing di internet gw mendapatkan info bahwa tuh anak2 sesekolahan di SDIT itu lagi merayakan kemenangan Palestina. Hwaduh, gw jadi mikir nih. Buat gw pribadi, melibatkan anak2 SD diperkara sekaliber israel-palestina kaya'nya kok ya ga pas. Gw malah jadi khawatir anak2 gw bakal tumbuh terlalu ekstrim ke salah satu kutub, melenceng keluar dari koridor yang gw inginkan.

Ada satu lagi, SDI yang udah ngetop, franchise nya dari SDI ngetop d jakarta. Tapi ya itu, dari sejak awal gw mencari tahu, info yang masuk tentang SDI itu kok ya jelek semua. Katanya biayanya mahal, preatasinya ga ada. Cuma jadi sekolahan borju ajah. Tuh SDI lokasinya paling deket dari rumah gw. Tapi gw ga mau juga donk, cuma karena pengen praktis trus gw masukin anak ke sekolah yang pergaulannya bakal ngelatih mereka tumbuh menjadi makhluk konsumtif.

Jadi, mau ngelanjutin sekolah di mana kau nak?

(Masalah milih sekolah emang bikin puyeng ya.)

Senin, 10 Juni 2013

Bubble, Bubble, Bubble.

Sebagai ibu rumah tangga yang menempatkan dana darurat dalam bentuk investasi logam mulia, berita anjloknya harga emas dua bulan terakhir ini cukup bikin gw 'mikir'.

Tenaaaaaang sodara sodara, gw bukan pemain besar yg mengalokasikan uang delapan sampai sembilan digit rupiah buat membeli emas kok. Selama ini gw cuma beli batangan mungil, itupun sebagian besar belinya nyicil di pegadaian :-P. (yang sebenernya rugi, karena berarti harga nya relatif lebih mahal di banding beli langsung tunai.)

Tujuan gw beli emas ya itu tadi, buat dana darurat, sekalian mencakup dana pensiun. (Dodol juga gw ya, dana darurat kok ya dicampur ke dana pensiun.) Dan karena (diharapkan) dipakainya masih lama (pas nanti pensiun), jadi gw juga ga ngoyo belinya. Pokoke, dalam setahun ada beli logam mulia deh, terserah harganya berapa. Mau lagi naik kek, lagi murah kek, ya kalo lagi kepengen dan lagi ada dananya, gw beli. Jadi nya, pas dulu di harga 300ribuan, gw sempet beli, dan pas lagi di level tinggi 500 ribuan pun gw sempet beli.

Anyway, sebenernya bukan itu yang mau gw bahas. Turunnya harga emas ini bikin gw teringat percakapan gw dengan adik bungsu gw beberapa tahun yang lalu.

"Dit, lu coba beli emas. Buat nabung, investasi" kata gw yang waktu itu baru melek investasi dan lagi rajin2nya mempengaruhi semua orang buat beli emas atau reksadana.

"Emas termasuk investasi tahan inflasi loh. Harganya naik terus. " promosi gw lagi. (okeh okeh, gw sadar kalo gw salah, karena harga emas pun, ada masa turunnya)

Dan adik gw cuma berkomentar singkat "Harganya naik terus? Ga takut bubble tuh?"

Gw yang cuma belajar ekonomi sampai kelas satu SMA, terang aja bingung mendengar komentarnya. "Apaan tuh bubble?" tanya gw bego.

"Kalo harga terus2an naik, lama2 bisa terbentuk bubble. Suatu saat, tuh bubble bisa pecah, jadi harga anjlok" jelas adik gw, yang pelajaran ekonominya sama kaya' gw, cuma sampe kelas 1 SMA doang.

Penjelasannya sukses membuat gw tambah bengong.

Well, karena gw tau persis adik gw yg lulusan informatika itebeh itu sama sekali ga tertarik dan ga punya fondasi dasar ekonomi, gw memutuskan buat ga bertanya lebih lanjut. Percuma, pengetahuan ekonomi kita pada dasarnya beda tipiiiiis kok :-P.

Dan gw ga pernah mencari tahu lagi apa itu bubble, sampai gw mendengar harga emas anjlok tajam. Dan dari sana gw mencoba mencari tahu, apakah yang d maksud dengan bubble yang dulu pernah d prediksi adik gw bakal bikin anjlok harga emas?

Dan hasil pencarian gw, menemukan suatu ilustrasi yang menarik buat memahami tentang bubble.

Alkisah, ada suatu negara berbentuk pulau kecil. Total uang yang beredar adalah 2juta, berupa 2 lembar uang pecahan 1 juta.

Ada 3 penduduk di negara tersebut.
Amir : punya sepetak tanah, tapi ga punya uang.
Beno : punya uang 1 juta
Caca : punya uang 1 juta

Beno, memutuskan membeli tanahnya Amir seharga 1 juta.

Kondisi sekarang :
Amir : punya uang 1juta
Caca : punya uang 1 juta
Beno: punya tanah senilai 1 juta.

Caca jadi mikir, karena di negara itu cuma ada sepetak tanah, dan tanah itu ga' menghasilkan apa2, jadi nilai tanah itu harus naik. Maka, Caca meminjam uang 1 juta dari Amir. Ditambah uangnya sendiri, Caca jadi punya uang cash 2 juta. Kemudian Caca membeli tanah dari Beno dengan harga 2 juta.

Kondisi sekarang :
Amir : meminjamkan uang ke Caca 1 juta.
Jadi nilai bersih asetnya 1 juta
Beno : menjual tanahnya seharga 2 juta.
Jadi nilai bersih asetnya 2 juta.
Caca : memiliki sepetak tanah senilai 2 juta.
Tapi punya hutang ke Amir 1 juta.
Jadi nilai bersih asetnya 2juta-1juta = 1juta

Aset negara tersebut senilai 4 juta.

Amir, ngeliat tanah (yang dulu punya dia) harganya ternyata naik, jadi kepengen beli tanah itu lagi. Dia beli lagi tanahnya dari si Caca seharga 3 juta. Sumber uangnya: 1 juta dari hasil pembatalan piutang Caca, sisa 2 juta dari pinjam uang cash punya Beno.

Kondisi sekarang :

Amir : punya tanah senilai 3 juta
Punya utang ke Beno 2 juta
Nilai bersih aset : 3juta-2juta = 1juta
Beno : punya piutang kepada Amir 2 juta
Nilai bersih aset 2 juta
Caca : punya uang cash 2 juta
Nilai bersih aset 2 juta

Jadi, aset negara tersebut adalah 5 juta

(Lihat! Lihat! Gelembungnya mulai terbentuk kan?)

Beno, ngeliat harga tanah terus naik, jadi kepengen tanah itu jadi miliknya. Jadi dia beli tanahnya si Amir dengan harga yang lebih tinggi, yaitu 4 juta. Cara bayarnya? Pembatalan piutang pada Amir senilai 2 juta (jadi utangnya si Amir lunas), dan pinjem cash ke Caca sebesar 2 juta.

Kondisi sekarang :
Amir : Piutang ke Beno sebesar 2 juta (dianggap lunas)
Punya uang cash 2 juta
Nilai bersih aset 2 juta
Beno : punya tanah senilai 4 juta
Punya utang ke caca 2 juta
Nilai bersih aset 4juta-2juta = 2 juta
Caca : punya piutang kepada beno 2 juta
Nilai bersih aset 2 juta

Jadi, aset negara tersebut sekarang 6 juta.

Padahal, negara tersebut cuma punya sepetak tanah yang itu2 aja, dan uang yang beredar ya cuma 2 juta.

Sampai disini, masih happy ending. Semua orang merasa punya uang dan aset. Semua merasa makmur dan sejahtera.

Sampai pada suatu saat, ga ada lagi yang mau membeli tanah tersebut. Semua berpikir kalo tanah itu sudah terlalu mahal.

(Oow, bubblenya mulai pecah!)

Yang terjadi adalah, harga tanah jatuh, mungkin cuma sampai seharga 1 juta (harga wajar sebenarnya).

Kondisi akhir yang terjadi :
Amir : pegang uang cash 2 juta
(yaps, he's the winner)
Beno : mengalami penurunan aset.
Ga bisa bayar hutang ke Caca.
Bahkan mungkin menyatakan bangkrut.
(yaps, he's the looser)
Caca : piutangnya kepada Beno termasuk kredit macet. Ga mungkin bisa nagih utangnya ke Beno (yang udah bangkrut). Tapi sebagai gantinya, dia dapet tanahnya Beno yang sekarang bernilai 1 juta sajah. (pas pas impas)

Nnnnaaah, begitulah contoh simple suatu bubble terbentuk dan pecah.

Untuk anjloknya harga emas sekarang sih, gw ga yakin kalo itu murni bubble se simple ilustrasi di atas. Soalnya harga logam mulia kan di pengaruhi banyak faktor. Kalo gw denger2 berita sih, kayaknya ada hubungannya sama rumor negara siprus yang berencana melepas cadangan emasnya dalam jumlah besar, selain terkait juga sama ekonomi US yang lagi tumbuh. (Halah, gaya banget gw, ikutan memantau rumor yang terkait harga emas dunia).

Apapun penyebab terjun bebasnya harga logam mulia, entah bubble ataupun karena ada penyebab lain, ga bisa dipungkiri, faktor psikis juga memainkan peranan.

Pengamatan amatir gw, permintaan logam mulia d indonesia emang dua tahun terakhir marak, sejak munculnya teori berkebun emas yang menjanjikan untung gede, dan tersedianya produk2 gadai emas di bank2 syariah. Rame-rame lah semua orang berkebun emas. (Gw termasuk yang ikutan mempelajari skema kebun emas hihihi, walaupun akhirnya pikiran logis gw mencegah gw ikut berkebun :-P). Sampai akhirnya tahun lalu BI turun tangan menertibkan peraturan gadai emas, saking banyaknya spekulan yang ikut main.

Eniwei, gw cuma amatiran, yang (kadang2) membeli logam mulia sebagai bagian dari perencanaan dana darurat dan dana pensiun (harus mulai d pisah nih). But the good side dari merosotnya harga emas ini adalah, gw jadi belajar dan punya gambaran tentang bubble ekonomi :-P

Hehehehe....;-)

Dan, mumpung lagi diskon besar nih, beli ga ya? :-P

Sabtu, 01 Juni 2013

Clean Up

Selesai melukis d atas kanvas, Allyssa dan Audra ikut berpartisipasi membersihkan kanvas. Ayo, rendam dan sikat !!!

In d middle of clean up's time, they changed their mind. Instead of cleaning, they preferred to surf along d wet floor.

Dan malemnya, audra batuk2 dan demam, hiks :(