Kamis, 31 Januari 2013
Disney Magic English
Setelah setahun terakhir berulang kali gagal mendownload dan mengcopy Disney Magic English, akhirnya gw memutuskan untuk dapetinnya lewat jalan yang benar, beli bukunya langsung. Kebetulan orang dari Grolier nya nelp gw. Yg ditawarkan sama mereka sebenernya produk Fun Thinker. Tapi gw ga tertarik, akhirnya malah langsung deal beli Disney Magic English. Sengaja milih yang 13 jilid, bukan yang 26. Karna gw masih ga terlalu yakin dengan respon Allyssa dan Audra. Sayang banget kan, kalo udah keluar uang gede tapi ujung2nya ga mereka pake.

Pengalaman terdahulu dengan English Time nya Tiga Raksa, mereka ga terlalu doyan dan ga terlalu suka nontonnya. Mungkin karna tokohnya tokoh baru yang belum familiar di mereka. Dan bukan kartun, melainkan bapak2 tua, jadi agak kurang menarik ya dimata anak2. Kalo programnya sih bagus. Cuma kalo anak2 ga suka, ya ga maju juga belajarnya. Untungnya gw ga beli, cuma sempet minjem CD nya si chelsy (dan mengcopy beberapa :-P). Syukurlah dulu gw study banding dulu sebelum beli, soalnya harganya si English Time ini lumayan berat d kantong gw, nyaris mencapai 4 kali lipat dari Disney Magic English.

Anyway, paket Magic English nya akhirnya kemaren nyampe rumah. Dan syukurlah, Allyssa dan Audra suka. Gw malah sampai harus membatasi supaya mereka cuma nonton 2 CD per hari (@20 menit), soalnya mereka pengen nonton semuanya langsung. Buku2nya pun di bawa sebelum tidur. Mereka berusaha menjawab berbagai permainan dan pertanyaan yang ada di buku. Pada suatu bagian, gw bacain mereka begini "Minnie is cleaning the dishes. Itu artinya minnie lagi bersihin cucian piring". Audra langsung nanya k gw "Piring kan plate. Kok mama bilangnya dishes?" Hehehe...:-P.
Well, gw bukan pengguna aktif bahasa inggris. Dan beli buku begini mungkin ga terlalu ada efeknya di banding kalo tiap hari mereka di ajakin ngomong inggris d sekolah yang bahasa pengantarnya inggris. Cuma, mengingat dan menimbang kota kecil yang gw tempatin ga ada yg sekolahnya pake bahasa pengantar inggris, ya terpaksa gw usaha sendiri ngajarin anak2. Yaaaah, sebenernya yang pengen anaknya bisa ngomong inggris emang emaknya sih. Ga salah kan? Yg penting gw ga maksain mereka dan gw mencoba memperkenalkan bahasa inggris lewat dunia mereka juga. Mudah2an berhasil :-)
How Do They Express Their Love?
They express their love to me by singing a different songs.
Allyssa who loves watching tv, hugged me and kissed me, and at the same time sang the bebelac milk commercial song "My love, my everything...." :-P
Audra, who just learned a new song from her school, sang the song, just for me. "Siapa yang paling cantik, pasti mama tersayang. Siapa yang paling manis, pasti mama tersayang. Siapa yang paling baik, pasti mama tersayang. Wanita yang mulia, pasti mama tersayang". And after she ended the song, she hugged me. :-)
Mama loves the two of you too dear, unconditionally ;-)
Minggu, 27 Januari 2013
I'm A Credit Card Hater
Kartu kredit emang udah jadi bagian (gaya) hidup bagi sebagian besar masyarakat. Gw patut bersyukur karena sampai sekarang gw ga termasuk golongan orang2 tersebut. Mungkin karena sifat gw yang bawaannya hemat, atau mungkin berhubungan dengan ajaran ortu gw untuk sebisa mungkin tidak berhutang dan tidak bergaya hidup mewah. Jadi, dari dulu gw ga pernah tertarik untuk punya kartu kredit.
Pas gw residen, ada tawaran dari salah satu bank untuk bikin kartu kredit, tanpa syarat apapun, cukup isi formulir. Temen2 gw berbondong2 mendaftar. Nnnnnah gw? Tertarik pun tidak. Apalagi saat itu gw belum punya pekerjaan, jadi gw cukup bisa mengukur kemampuan finansial gw. Temen gw yg senasib kaya' gw (cuma anak sekolah tanpa penghasilan), ikut apply dan rada heran karna gw ga ikutan. "Lumayan kan ki, setahun bebas biaya. Dan kalo lagi seminar, kita bisa beli buku atau alat pake kartu kredit", gitu katanya. Gw tetep ga tertarik, gw cukup cerdas untuk menilai kemampuan finansial gw. Pada suatu waktu, pas gw dan temen2 residen gw lagi d bandara untuk seminar di luar kota, salah satu temen gw nyeletuk "Kita nunggu di lounge aja yuks, kan tinggal nunjukin kartu kredit ini". Pas gw bilang kalo gw ga punya kartu kredit, kembali mereka terheran2, kenapa gw ga ikutan apply.
Dari dulu, dalam benak gw sudah tertanam kalo kartu kredit itu sama dengan kartu untuk berhutang. Dan gw dididik untuk tidak berhutang dengan mudah. Kalo pengen suatu barang, ya beli cash. Kalau uangnya ga cukup ya nabung dulu, baru beli barangnya.
Pas gw udah kerja dan bermimpi punya rumah sendiri, gw sadar kalo gw harus nabung. Harga rumah d lokasi yg gw inginkan cukup tinggi. Dan gw berhemat cukup ketat, ga jalan2, ga jajan, ga beli baju atau tas atau sepatu atau kebutuhan2 aksesoris wanita yang lain. Tapi terjadi "sesuatu dan lain hal" yang mendorong gw harus punya rumah walaupun tabungan gw blm cukup, akhirnya gw memutuskan untuk mengambil KPR. Beli rumah secara kredit di Bank. Gw yang pada waktu itu awam, percaya bahwa bank bakal membantu gw mewujudkan impian gw. Pas akad ditandatangani, gw baru tersadar dengan besarnya komponen2 biaya yg harus gw tanggung. Dan menginjak tahun kedua KPR, suku bunga kredit melonjak naik, dari yg sebelumnya 8 koma sekian persen melompat ke kisaran 15% pertahun. Saat itulah mata gw jadi terbuka lebar. Bank bukan lembaga sosial yang membantu kita tanpa syarat. Bank tetap saja institusi yang mencari keuntungan. Dan orang2 yang terlibat kredit seperti gw, secara teratur memberi keuntungan kepada bank melalui bunga yg gw bayar. Dan ga ada yang salah dengan hal tersebut. Bank memang diperbolehkan pemerintah kok buat menarik bunga (yg menurut gw relatif tinggi) dari konsumennya. Tinggal kita sebagai konsumen yg harus jeli dan tahu diri, kapan kita memang perlu berhutang, kapan tidak. In my case, gw yg ga rela menyumbang ke bank, bener2 kerja banting tulang buat nutup itu KPR. Alhamdulillah setelah 3 tahun, gw berhasil menutup KPR, walaupun tetep ada bantuan soft loan dari ortu gw (yang Insya Allah trimester pertama tahun ini bakal lunas).
The same thing goes to credit card. Bank sebagai penerbit kartu kredit, niatnya yaaaa tetep aja buat nyari untung. Dan supaya laku, tuh kartu kredit dipasarkan oleh mbak2 dan mas2 yang rapi jali bin modis dan manis dengan senyum senantiasa mengembang. Disertai berbagai kemudahan buat aplikasi sampai rayuan2 gombal kaya' iuran gratis selama setahun, cicilan 0% ataupun diskon d beberapa tempat tertentu. Ga ada yang salah dengan tehnik marketing begitu, namanya juga usaha buat jual suatu produk. Masalahnya, kebanyakan orang tidak cukup cerdas buat paham bahwa uang yang ada di kartu kredit BUKAN PUNYA KITA. Itu sekedar fasilitas dari bank buat menunda pembayaran selama 20 sd 30 hari, setelah itu ya harus dilunasi dengan uang kita.Membayar dengan mencicil berarti kita merelakan membayar bunga lebih tinggi. Membayar dengan minimum payment sama aja dengan memasukkan diri dalam lingkaran pemberi upeti tetap pada bank penerbit. Ga mau atau ga sanggup bayar? Siap2in aja mental buat perang lahir batin dengan pihak bank dan debt collector. And if that things happened, konsumen bukan lagi di posisi raja yang di manja dengan senyum manis, melainkan berada di urutan kasta paling bawah, penjahat yang dipandang sebelah mata dengan sinis.
Yups, gw adalah pembenci kartu kredit. Orang2 yang kenal dekat dengan gw, know exactly the reason why. Pada satu titik dalam kehidupan gw, masalah kartu kredit ini bener2 telah memporak porandakan salah satu mimpi besar gw, eventhough I was not directly involved :-(. Gw membenci kartu kredit dan bertekad untuk tidak pernah menggunakannya.
Tapi ternyata gw ga bisa terus2an bermusuhan dengan kartu kredit. Pada waktu gw harus bayar seminar d luar negeri, they ask for CC. Pada waktu gw harus bayar hotel d agoda, they ask for CC. Pada waktu gw harus booking pesawat online, they also ask for CC. So I gave up, dan berusaha berdamai dengan kartu kredit. I allow myself to make ONE credit card. Dan gw juga mengunci sejumlah rupiah tabungan gw, sesuai dengan limit yang di berikan. Dan gw mendisiplinkan diri gw untuk membayar lunas setiap tagihan yang datang.
Para perencana keuangan bilang kalo kartu kredit tetep ada gunanya, terutama untuk membantu sebagai deposit pada kondisi darurat di rumah sakit. Temen gw bilang CC berguna untuk menunjukkan kredibilitas finansial kita pada saat kita mengajukan kredit2 semacam KPR, KTA, dsb d Bank.
Gw ga sepenuhnya sependapat.
Kalo cuma buat biaya rumah sakit, kalo memang uang tunai yg kita pegang ga cukup msh ada kartu debit dan atm. Atau sekalian aja ikutan asuransi kesehatan yang ada kartunya biar tenang. Dan buat menilai rekam jejak finansial kita masih banyak cara lain kok, bukti bayar pajak, rekening tabungan, deposito, semua bisa dipake.
Yaps, gw memang masih tetap anti kartu kredit. Kalo bisa gw pengen nganjurin ke semua orang yang berminat bikin kartu kredit untuk berpikir berulang2. Apa bener2 perlu? Trus kalo emang perlu, keperluannya itu buat apa? Kira2 tuh keperluan masuk kategori konsumtif bukan? Apa ga ada jalan lain buat membiayai keperluan itu tanpa menggunakan kartu kredit? Okelah kita punya pekerjaan dengan gaji tetap yang lumayan gede. Tapi yang paling penting lagi adalah mengukur stabilitas emosi kita dalam menggunakan CC. Kalo kita beranggapan bahwa uang di CC adalah hak milik kita yang bisa d gunakan semau kita, apalagi sampe bangga dengan limit besar yang diberikan bank penerbit, wah mending jangan bikin CC dulu dah. Kalo masih nekat bikin, tinggal masalah waktu aja sebelum seluruh gaji dan tabungan terkuras buat nyicil si CC ini.
When we start to use CC to buy things that we can not afford to buy, it means we live a lifestyle we dont deserve.
Dalam kitab suci agama gw, Al-Quran surat An-Najm (53) ayat 48 dikatakan bahwa "...Dia lah yang memberikan kekayaan dan memberikan kecukupan". Gw menafsirkannya secara sederhana. Bahwa rezeki itu datang dari Allah, dan kita wajib mensyukuri dan mencukupkan rezeki yang kita terima. Tidak berlebihan, sesuai dengan kemampuan kita.
Kalo rezekinya cukup buat beli rumah di RSS, ga perlu maksa ambil KPR di perumahan mewah.
Kalo rezekinya cukup buat beli motor, ga perlu maksa ambil KTA buat beli CRV.
Kalo rezekinya cukup buat belanja di pasar tradisional dan masak sendiri di rumah, ga perlu maksa makan di pizza hut tiap hari dan bayar pake CC.
Jadi sekali lagi please....for everyone who wants to make a credit card, think! And then reconsider it, and think over and over again.
Selasa, 22 Januari 2013
Hanamasa
Dulu sekali, waktu gw berlibur pertama kalinya ke rumah aunty di sukabumi, gw di ajak jalan ke bandung dan makan di rumah makan jepang bertitel "Miyazaki" (kalo ga salah). Disanalah pertama kalinya gw mencicipi makanan shabu2 dan yakiniku yang diambil dan dimasak sendiri, all you can eat. Bener2 pengalaman kuliner yang menyenangkan.
Setelahnya, pas gw berkesempatan ke bandung lagi, gw diperkenalkan oleh adik gw tempat makan mirip si miyazaki tea, yang bernama Hanamasa. Dan yaps, bisa ditebak, up to now, Hanamasa jadi salah satu restoran fave gw. Harganya emang diatas rata2 resto biasa. Tapiiii, "all you can eat" nya itu yang bikin gw dan sodara2 gw, kalo berkesempatan ngumpul bertiga, pasti memilih si Hanamasa tea buat nangkring. Maklum, adik2 gw lambungnya bermuatan setara truk, dan untuk ukuran perempuan, kemampuan makan gw sedikit diatas rata2 :-P. Jadi Hanamasa emang tempat yang pas buat nongkrong, ga terlalu tekorlah.
Sewaktu gw di Palembang, ada satu resto yang mirip2 Hanamasa. Namanya pun di bikin rada2 mirip, "Hanarasa". Gw termasuk sering berkunjung ke sana, biasanya sama nila. Emang sih pilihan panggang dan rebusnya jauuuuuh dari lengkap dibanding Hanamasa ataupun resto2 sejenis all u can eat lainnya. Tapi buat gw yang tinggal di Palembang, lumayanlah buat ngilangin kangen makan sambil merebus dan memanggang sendiri. Pas si Nila seminar ke Bandung, gw dan dia juga milih buat dinner di Hanamasa.
Tahun 2010, mungkin tahun dimana gw paling rajin mengunjungi Hanamasa. Tahun itu, gw lumayan sering bolak balik ke Bandung demi menghadiri sidang. Setelah sidang, gw pasti ke Hanamasa, ketemuan dengan adik2 gw d sana. Cooling down, ngilangin panas di hati. Pas sidang terakhir selesai, gw kembali ke Hanamasa, makan disana sendirian selama 1 jam, berusaha menata hati, sebelum akhirnya si Adit dateng nemenin.
Kemarin pas ke Bandung, gw ngajak keluarga gw buat kembali makan di Hanamasa. Menunya masih sama, cara makan masih sama, suasana pun masih sama. Tapi tetep gw pilih Hanamasa dibandingresto lain. Entah kenapa.
Senin, 21 Januari 2013
Di Bandung, Audra Sakit :-(
Ke Bandung lagi. Biasaaaaa....seminar lagi, seminar lagi. Demi kelangsungan surat izin praktek, gw harus rajin ikut seminar. Mudah2an aja bisa tambah pinter hehehe.... Di akhir minggu yang sama, temen2 gw kebanyakan pada menuntut ilmu ke Hyderabad, India. Sedangkan gw? Yaaaah, sebenernya gw juga pengen ke sana, tapi pikiran rasional gw menyarankan supaya gw ga usah jauh2 menimba ilmu. Ke Bandung juga sudah cukup hihihi....

Nginep di Arion Swissbell Hotel lagi. Kali ini booking di Family Room. Kalo untuk kamar, kayaknya jauh lebih gede dan nyaman kalo nginep di Junior suite room seperti sebelumnya. Tapiiiii, kalo di family room, bisa dapet voucher breakfast buat 4 orang hehehe.... Selaku ibu rumah tangga, tetep harus mikirin pengeluaran juga donk :-P. Soalnya yang gw angkut banyak nih.

Audra dan Allyssa sama2 semangat buat pergi jalan ke Bandung. Walaupun di jalan, seperti biasa, Allyssa sempet muntah. Audra ga putus2nya nanya "Ini sudah Bandung belum?" "Ayo cepetan kita ke Bandung". Sampe di hotel, batuknya Audra tambah parah dan ga putus2. Badannya juga rada anget. Dan tercetuslah ide di benak Audra beberapa saat setelah masuk di kamar, "Kita pulang aja yok sekarang. Aku mau bobo' di kamarku aja". Halahhhh....

Besoknya, gw pergi menuntut ilmu, eyang2nya belanja ke Pasar Baru, anak2 dan mb' sri pergi jalan sama papanya. Rencana awal mereka adalah ke taman lalu lintas, trus ke museum geologi.
Allyssa sih denger2 (sumber: Sri dan papanya, gw mah ga ikut :-() sangat amat antusias. Mulai dari naik kereta sampe berfoto dengan patung Snow White di taman lalu lintas.

Demikian juga di museum geologi. Allyssa (katanya) dengan semangat ngeliatin fosil2 dinosaurus dan hewan2 purba lainnya, tengkorak2 manusia purba, berbagai batu2an, termasuk "batu2 permata" yang emang kesukaan Allyssa :-). Ga lupa si Allyssa nanya ini itu sepanjang tour d museum, pokoke semangat dah.

Audra justru lesu tak bergairah. Batuknya bener2 udah sampai tahap sangat mengganggu. So, ditengah perjalanan, dia memilih untuk pulang ke hotel, istirahat bersama mb' Sri. Allyssa? Lanjutlah dia bersama papanya menaiki berbagai wahana mainan anak di Istana Plaza. Termasuk naik "kereta kencana", salah satu mainan yang langsung jadi favoritnya Allyssa.

Malemnya, sempet keliling Bandung sebentar, ga kemana2, karena Audra kembali merengek minta pulang. Di hotel, semaleman Audra batuk ga putus2. Gw yang kecapean sempet tertidur sebentar, tapi jam 12 an kebangun lagi, karna Audra batuk ga berenti2. Terus aja selama 2 jam kedepannya Audra minta gendong k gw, ga mau posisi duduk atau tidur. Gw yang udah amat sangat cape dan ngantuk berusaha ngerayu Audra supaya dia bisa di gendong sambil posisi duduk. So sorry dear, mama was so tired :-(. Audra menolak, "Leherku sakit ma. Mau d gendong, tolong ma" :-(. Gw ga sampe hati, so sambil berdiri bersandar ke dinding, gw ngegendong Audra. Sekitar jam 3, eyang baba turun dari tempat tidur di lantai atas, baru inget kalo dia punya obat yang mengandung DMP. Setelah obat di minumkan, lumayanlah, batuk audra rada kurang, yang jelas, kita berdua akhirnya bisa tidur.

Besoknya, di hari minggu, Allyssa kembali jalan, berduaan sama papanya. Seems like they really enjoying their time together. Syukurlah :-). Audra ga ikut. Tidur dan digendong terus sama gw, gantian dengan sri. Setelah menyelesaikan berbagai urusan di Istana Plaza, akhirnya kita pulang. Allyssa kissed her papa many many times and told him how much she's gonna miss him, before finally waves her hand and saying goodbye. Audra yang ga sehat rada cuek.
So, kembali menuju rumah, menuju aktivitas dan tanggung jawab rutin yang harus diselesaikan. Dan program utama sekarang : menyehatkan dede' Audra kembali.
Sabtu, 05 Januari 2013
Dear Dolls....
Miaw Audra hilang!!!
Dari pagi dicari ga ketemu. FYI, miaw adalah salah satu boneka yang sudah dua tahun ini jadi kesayangan dia. Ukurannya yg cuma segenggaman jari mungil audra memang bikin si miaw ini sering banget menghilang.
Awalnya kita semua ga ada yg terlalu serius nyari si miaw. Tapi, menjelang sore, yang memang jam nya buat audra bobo' bersama miaw, audra mulai nangis tersedu sedan mencari sang miaw. Gw berusaha menenangkan sambil nunjukin foto si miaw (maksudnya buat menghibur dan mengusir kangennya audra), tapi Audra malah tambah histeris ngeliat foto miaw.

Allyssa mencoba menghibur sambil memeluk adiknya "Jangan nangis de'. Aku tau dede' sedih. Waktu pinkstar hilang, aku juga sedih". Pinkstar is her latest fave's doll, di beliin oleh papanya.Seekor babi pink muda bulat yang memakai pita pink bermotif hati, dengan ekor berbentuk hati dan ada gambar kupu2 di bagian belakangnya. No wonder bisa jadi kesayangan allyssa :-).

Anyway, balik ke cerita miaw, eyang baba, eyang nini dan mb' sri sibuk menjelajahi seisi rumah dan juga mobil demi mencari jejak miaw. Gw mencoba menggali info dengan nanyain kapan terakhir audra melihat miaw. Dengan berlinang air mata audra meyakinkan gw kalo tadi malam dia yakin miaw bobo' dengan nyaman di atas tempat tidur, ga pergi ke mana2. Allyssa berusaha membantu mengingat dan memberi informasi "Kayaknya aku tau di mana miaw. Hmmm....tapi kayaknya aku ketemu d mimpi". Hadeuhhhh!
Untunglah ga lama kemudian setelah sekitar satu jam mencari dan menghadapi air mata audra, miaw berhasil ditemukan, bersama 2 boneka barbie di dalam tempat tissue boneka yang tergantung di pintu. Kayaknya Allyssa yang naroh d situ, trus kelupaan dan ngerasa mimpi *geleng2kepala.
Dengan mata sembab dan rambut acak2an, audra pun memeluk miaw :-).

Audra memang cukup konsisten, biarpun sering main dengan boneka2 yang lain, boneka kesayangannya cuma dua, Barney ukuran sedang dan yaaaaah, si imut miaw itu. Awalnya dulu audra agak takut ngeliat barney, tapi entah kenapa sekarang si barney malah jadi kesayangannya yang nemenin dia tidur tiap malem.
Btw, di rumah gw ada 3 boneka barney. Barney besar, hadiah ultah Allyssa ke-4 dari tante inge. Dan barney kecil, di beliin papanya audra beberapa bulan yang lalu pas mereka lagi jalan2 nyari kado ke toko.

Barney sedang yang sekarang jadi kesayangan audra sebenernya dulu adalah boneka yang gw beliin pas allyssa ultah pertama. Entah kenapa diantara ketiga barney di atas, barney sedang yang paling di sayang. Mungkin karena ukurannya pas untuk di peluk dan di gendong ya :-).
Dulu allyssa juga suka dengan boneka barney itu. Tapi pas udah gede, si barney jadi ga diperhatiin dan akhirnya diambil alih sama audra. Allyssa sendiri boneka kesayangannya selalu berubah. Tapi satu persamaannya, semua berwarna pink, atau paling tidak mengandung unsur pink dan atau bentuk hati.

Boneka2 di atas pernah jadi kesayangan allyssa. Yang beruang tedy putih berbintik2 hati pink itu dikasih nama kiandra sama allyssa :-). Sekarang udah agak jarang di ajak main. Yang paling sering diajak main, jalan, tidur sekaligus dilempar2 ya tiga boneka di bawah ini aja ;-).

Kayaknya gw ga terlalu sering beli boneka, tapi entah kenapa jumlah boneka allyssa dan audra lumayan banyak. Memenuhi bagian bawah lemari buku mereka.

Dan mengambil dua tempat di lemari pakaian gw.

Kadang gw ngerasa sayang, boneka sebanyak ini kok ya cuma nganggur d lemari. Gw pernah melontarkan ide buat mendonasikan beberapa boneka yang jarang diajak main. Tapi mereka berdua kayaknya belum sepenuhnya rela. Yaaah, gw ga maksa. Sebelum bisa berbagi, mereka mesti punya perasaan memiliki dulu kan. Mudah2an beberapa bulan ke depan mereka udah lebih bisa menerima konsep charity.
Langganan:
Komentar (Atom)